PWMU.CO-Jika ingin umat Islam kuat, maka perkuat tiga tempat yang menjadi basis kekuatannya.
Hal tersebut disampaikan Dr Imam Syaukani MA dalam Pengajian Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo di Masjid An Nur Sidoarjo, Ahad (15/7/2018).
Menurut Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Surabaya tersebut, masjid menjadi tempat pertama yang harus diperkuat basisnya. “Jangan sampai goyah, sebab kekuatan kita sebagai umat Islam salah satunya ada di sana,” ungkapnya.
Pria asli Lamongan itu kemudian mencontohkan peristiwa Israk Mikraj dan hijrah Nabi Muhammad saw sebagai salah satu kejadian yang perlu diambil hikmahnya.
“Mengapa Nabi kemudian diperjalankan Allah dari di dua masjid, Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha? Kenapa pula bangunan pertama yang didirikan Nabi pada proses hijrah adalah masjid?” tanyanya.
“Sebab, Allah ingin memberitahu jika masjid merupakan basis kekuatan umat Islam. Jangan sampai umat Islam meninggalkan masjid yang notabene merupakan basis kekuatan agamanya,” jawabnya.
Ketua Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Surabaya itu juga menyampaikan bagaimana Israel dan orang-orang Yahudi memikirkan puluhan tahun bagaimana agar Masjid Al Aqsha bisa runtuh. Sebab, kata dia, mereka tahu kekuatan Islam ada di masjid.
Perintah Allah di Quran surat An Nisa ayat 103 tentang kewajiban shalat bagi orang yang beriman juga dimaksudkan agar umat Islam menjaga basis kekuatan.
“Maka, saya pernah mengusulkan agar takmir masjid Muhammadiyah itu digaji UMR,” ungkapnya.
Mengapa demikian? Sebab, menurutnya, masjid Muhammadiyah yang termasuk satu dari beberapa amal usaha di antara rumah sakit, universitas, sekolah dan lain-lain yang ada di Persyarikatan.
“Jika direktur rumah sakit, rektor universitas, atau kepala sekolah digaji, lalu mengapa takmir masjid kok tidak digaji? Padahal kan sama-sama mengemban amanah dan tanggungjawab amal usaha?” katanya.
Maka usul itu dimaksudkan juga agar ada unsur keadilan, sebab masjid juga sama-sama menjadi bagian dari amal usaha.
Dia lalu menceritakan ada salah satu masjid di Surabaya yang menggaji petugas. Petugas masjid itu bertugas untuk mengawasi jamaah agar masuk masjid mendahulukan kaki kanan serta mengingatkan agar jamaah menunaikan shalat tahiyatul masjid terlebih dahulu setelah masuk masjid.
Namun sayangnya, masjid yang dimaksud itu bukan masjid Muhammadiyah. Padahal, jika itu masjid Muhammadiyah, betapa besar dampak yang bisa dirasakan warga persyarikatan.
Selain masjid, dua tempat lainnya yang menjadi basis kekuatan umat Islam ada di Al Madrasah (sekolah), dan Al Ma’had (pondok pesantren). Bangkit tidaknya paham-paham yang menyimpang seperti komunis, menurut Syaukani bergantung mati tidaknya masjid, sekolah, dan pondok pesantren sebagai basis kekuatan umat Islam.
Dia lalu berharap, kelak para orangtua akan memasukkan keaktifan di masjid menjadi syarat dalam mencari menantu.
“Di depan gerbang atau gang perumahan, misalnya banyak bertebaran tulisan: Ingin dapat menantu hebat, carilah di shaf-shaf shalat subuh berjamaah di masjid,” ujarnya.
“Tapi jangan kemudian berseloroh, lha yang ditemui saat shalat Subuh kok mbah-mbah yang sudah tua,” pungkasnya diiringi tawa jamaah. (Darul)