PWMU.CO-”Stop!” Tiba-tiba Bu Uyun, sang dirigen, menghentikan permainan. ”Masih ada yang lambat,” katanya kepada pemegang angklung yang ketinggalan membunyikan alat musik yang dipegang.
Para pemain hatinya degdegan. Saling bertanya siapa yang salah lagi. Kasak-kusuk berbisik keluar menjadi tawa mengetahui ada temannya yang terlambat membunyikan angklungnya. Semua mata mengarahkan pandangannya kepada temannya yang tak konsentrasi itu sambil tersenyum lebar.
”Ingat! Kompak dan fokus,” kata Bu Uyun kembali mengingat kepada anggota kelompok angklung itu. Permainan kembali diulang untuk ke sekian kalinya. Tak lama kemudian mengalun lagi lagu Suwe Ora Jamu dalam irama musik angklung yang rancak.
Selesai satu lagu ini, berganti kelompok lain latihan memainkan angklung. Suasana yang sama kembali berulang-ulang terjadi. Permainan dihentikan karena masih ada irama sumbang akibat terlambat atau terlalu cepat membunyikan nada.
Beruntung Sri Wahyuni MPd, pelatih sekaligus dirigen itu begitu sabar dan telaten mengajari guru-guru TK Aisyiyah ini. Bu Uyun, begitu dia akrab dipanggil, menyadari bermain angklung bagi guru-guru ini pengalaman pertama kali karena itu butuh kesabaran melatih dari awal.
Namun dia mengapresiasi semangat para guru untuk belajar musik ini. “Ternyata sudah menjadi kebiasaan guru TK Aisyiyah selalu bersemangat belajar,” katanya.
Sebanyak 85 guru perwakilan dari 43 sekolah mengikuti pelatihan angklung yang digelar oleh Lembaga Kebudayaan kerja sama dengan Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Aisyiyah Gresik dan Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA). Acara bertempat di Aula SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Sabtu (10/11/2018).
Walau banyak kekurangan, Bu Uyun melihat guru-guru hampir semua tampil dengan baik memainkan angklung pada saat praktik. Bermain mulai dari tidak bisa sama sekali.
“Memang tidak bisa ujug-ujug langsung bisa membaca not. Karena itu sebelumnya diberikan pengenalan not lagu. Jadi guru-guru sekarang sudah lumayan bisa tahu,” jelas Ketua Lembaga Seni dan Olahraga PDM Gresik itu.
Dia berharap, suatu saat nanti jika IGABA mengadakan kegiatan, para guru bisa mengembangkan apa yang sudah didapat dari pelatihan angklung ini.
Latihan yang dibagi beberapa kelompok itu akhirnya masing-masing kelompok bisa memainkan lagunya dengan baik dan kompak. Lagu yang dibawakan seperti Suwe Ora Jamu, Kasih Ibu, Gundul-gundul Pacul, Burung Kakak Tua, dan Ambilkan Bulan Bu.
Para guru yang semula grogi akhirnya sangat bahagia memiliki keterampilan bermain alat musik dari bambu ini. “Alhamdulillah, ini sesuatu yang berbeda buat kami. Sebelumnya, belum pernah ada pelatihan musik seperti ini,” ucap Maisaroh, peserta pelatihan.
Menurut guru TK Aisyiyah 39 Wringinanom ini, ternyata bermain angklung tidak susah asalkan sudah mengetahui nadanya.
Komentar lain datang dari Fithrotin, guru TK Aisyiyah 23 Mojopetung Dukun. Dia mengatakan, gampang memainkan angklungnya, tetapi notnya saja yang agak susah. “Tapi pelatihannya menyenangkan,” ujarnya sambil tersenyum.
Khoiru Ummah, guru TK Aisyiyah 34 Kedanyang, semula tidak membayangkan bisa memainkan angklung. Sekarang dia bahkan menjadi kelompok pemusiknya. Meskipun baru menguasai satu lagu. “Ternyata setelah latihan jadi gampang,” ucapnya tertawa kecil.
Forum kesenian ini menjadikan peserta, pemateri, dan panitia begitu guyup dan menikmati acara ini. Mereka berbaur dalam canda dan diskusi dengan suasana gembira.
Ketua Lembaga Kebudayaan PDA Triwulandari Heppyani SPdI SPd merasa senang melihat antusias para peserta selama pelatihan. Terutama saat tiap kelompok tampil memainkan angklungnya.
”Insya Allah hasil pelatihan ini diajarkan ke siswa secara kolosal. Dan akan ditampilkan di GOR Tridharma saat milad Muhammadiyah tanggal 9 Desember nanti,” ujarnya. Untuk kepentingan itulah PDA Gresik membeli seperangkat angklung lengkap dari Mang Ujo Bandung yang dipakai latihan ini. (Anik)