
PWMU.CO – Tepat Ahad 18 November 2018, Muhammadiyah memperingati 106 tahun kelahirannya. Saya ingin memberi catatan kecil sebagai refleksi warga Muhammadiyah paruh baya.
Sebagai organisasi massa yang bergerak di bidang pendidikan, saya mengusulkan agar Muhammadiyah mengubah strateginya dalam memberikan pelayanan pendidikan di era internet ini.
Pertama, perluasan persekolahan (schooling) formal yang selama ini digunakan oleh Muhammadiyah agar diubah menjadi perluasan kesempatan belajar (learning opportunity) yang lebih nonformal, bahkan informal.
Yang perlu dikembangkan adalah sebuah learning network yang lentur dan luwes, serta lebih mengutamakan relevansi spasial, temporal, dan personal daripada mutu berbasis standard. Simpul-simpul dalam jejaring itu berperan sebagai Self Organized Learning Nodes (SOLN). Keluarga dan masjid adalah SOLN utama dalam jejaring belajar itu.
Peran keluarga dan masyarakat (terutama masjid) dalam ikut mendidik warga muda harus diperkuat, dengan mengurangi beban sekolah. Pendidikan tidak sekadar menyiapkan tenaga kerja—apalagi bagi investor asing—tapi juga mengembangkan kebajikan publik, terutama kemerdekaan dan kemandirian.
Kedua, bahaya laten yang mengancam setiap organisasi yang sukses seperti Muhammadiyah adalah birokratisasi saat organisasi tersebut meraksasa. Yang terjadi bukan lagi pertumbuhan, tapi pembengkakan.
Untuk menghindari ini, organisasinya harus ditataulang sebagai jejaring atau network yang pipih, lentur, dan desentralistik. Dalam sebuah jejaring, fungsi-fungsi yang dikembangkan adalah sindikator, content provider, distributor, dan user. Ini lebih cocok di zaman internet saat ini.
Layanan pendidikan matematika, sains, bahasa, seni, dan jasmani perlu diperluas hingga usia 15 tahun. Setelah itu warga muda belajar ketrampilan bekerja dan berbisnis agar siap menjadi warga yang sehat dan produktif di usia 18 tahun.
Dengan lebih mengutamakan belajar, dan beradaptasi secara berjejaring ini, Muhammadiyah akan mampu terus tumbuh secara sehat melayani bangsa dan negara besar ini. (*)
Jatingaleh, 20 November 2018
Kolom oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS Surabaya.