PWMU.CO– Negeri tanda tanya. Kita sebetulnya mau apa?
Mau menyelesaikan pandemi ini atau ramai-ramai menghantam kebijakan seorang gubernur?
Kita sebetulnya mau apa?
Mau menyelamatkan nyawa dulu atau menyelamatkan perekonomian?
Kita sebetulnya mendengarkan siapa? Presiden atau menterinya?
Presiden Jokowi jelas-jelas berpidato bahwa restart ekonomi baru dilakukan jika kesehatan terkendali. Alias penanganan pandemi first, ekonomi mengikuti.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan: gara-gara statemen Anies, langsung ada sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan. Mengganggu ekonomi.
Padahal, Gubernur Anies menjadikan petunjuk presiden itu sebagai dasar keputusan PSBB mulai Senin kemarin. Mengapa disalahkan oleh para pembantu presiden. Mengapa Anies yang diserang, mengapa bukan yang bikin petunjuk?
Lalu, banyak yang mengatakan karena Anies tidak konsultasi, tidak koordinasi. Anies tidak menjawab sendiri. Tapi Menteri Kesehatan yang mengatakan bahwa PSBB belum dicabut. ”Pak Anies bebas melanjutkan,” kata Menkes.
Kurang kuat? Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan, ”Pak Anies tanya, apa pendapat Pak Doni. Saya bilang, Pak Gubernur statusnya masih merah, risikonya tinggi. Jangan dikendorkan. Kalau kemarin agak dilonggarkan, sekarang agak diketatkan lagi.” Sangat cocok dengan kebijakan Anies.
Tuduhan Ngawur
Lalu gegara statemen Anies, IHSG langsung melorot? Tak tanggung-tanggung yang bicara Ridwal Kamil, Gubernur Jabar. Dia bilang gara-gara statemen Anies langsung ada sentimen negatif. IHSG turun Rp 300 triliun. Pernyataaan ini jadi bulan-bulanan ahli ekonomi. ”Ngerti gak apa yang kamu omongkan. Itu angka-angka ngawur. Harusnya kamu punya rasa malu,” kata Rizal Ramli.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu memperjelasnya. ”Bagaimana pasar modal kehilangan sekitar Rp 300 T sementara transaksi per hari hanya Rp 4-6 T. Tidak tahu, tapi yang penting salahkan Anies. Gitu?” katanya seperti dikutip Kronologi.id, 13 September 2020.
Emha Ainun Nadjib, Cak Nun, malah ngetwit begini: Catat siapa yang mengkritisi melorotnya harga saham sekali saja. Mengapa mereka diam saja ketika kematian dokter sudah melebihi angka 109.
Yang paling memprihatinkan suara anggota DPD RI Prof Jimly Assiddiqie ini. ”Mengapa rezim pemerintah pusat kok beroposisi ke Pemda. Aneh, lucu, dan sangat berbahaya. Sebaiknya presiden segera meluruskan dan Pemda juga tahu posisi sebagai subsistem,” katanya.
Karena angka keterjangkitan covid yang masih melejit ini, Malaysia dan 58 negara lainnya melarang WNI masuk. Mengapa hal itu tidak cukup membuat kita bergotong royong melawannya?
Mengapa justru ramai-ramai menghajar seorang gubernur yang jelas-jelas ingin mencegah penularan covid. Berikhtiar menurunkannya?
Kata Rocky Gerung: logikanya pada kemana? Inilah balada negeri tanda tanya.
Karena kita masih terbelenggu covid, suka tidak suka, kita harus bersama melawannya. Bukan melawan yang melawannya. Untuk apa? Rakyat bertanya. Salam!
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto