Habib Rizieq Shihab, Masya Allah oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Seperti Pak Mahfud MD, saya benar-benar tidak mengira, para penyambut kedatangan Habib Rizieq Shihab (HRS) seheboh ini. Lautan manusia. Mengular dari Bandara Soetta hingga Petamburan.
Saya bukan fans beratnya. Dibanding ke Persebaya, saya lebih diehard ke Greenforce. Tapi entah mengapa saya ikut menitikkan air mata. Terharu, melihat seorang anak manusia, bukan presiden, bukan menteri, bukan pemimpin ormas terbesar seperti NU dan Muhammadiyah, disambut sebegitu meriah di sepanjang jalan.
Makin haru lagi mendengar shalawat Badar yang digemakan tiada henti. Di bandara, di jalanan, di Petamburan. Ditambah lagi mendengar laporan para penyambutnya. Suara ibu-ibu yang mengendarai sembilan mobil rombongan membawa logistik.
”Kami sekarang dari bandara menuju Petamburan. Sepanjang jalan yang saya lewati, semua berdiri, menyambut Habib dengan shalawat Nabi. Sudah ya, saya tidak kuat melaporkannya, saya terharu. Berkali-kali saya menangis melihat suasana seperti ini,” katanya.
”Kami dari Aceh. Datang ke sini untuk menyambut kedatangan beliau. Kalau kedatangan kami hanya disambut orang sedesa, ini dari seluruh nusantara datang menyambutnya, luar biasa,” katanya sambil menvideo rombongannya.
”Like it or not. Ada satu orang disambut lebih dari seorang presiden, dengan pengamanan lebih dari presiden, pemberitaan juga lebih dari presiden. Pemimpin di hati umat, hanya bisa sebab cinta. Ahlan wa sahlan,” cuit Ustadz Felix Siauw.
Cinta Habib
”Ada seorang Menko yang sempat nyinyir. Menyebut namanya dengan Rizieq. Tak perlu dikhawatiri karena bukan orang suci seperti Khomeini. Tapi lihatlah suasana bandara dan sepanjang jalan menuju kediaman Petamburan penuh massa. Masya Allah, atas izinMu ya Rabb, Engkau telah bukakan mata siapa sesungguhnya yang lebih mulia,” kata IO, Iramawati Oemar.
”Diakui atau tidak, hari ini Indonesia mencatat sejarah. Penjemputan seorang manusia, bukan pejabat, terbesar sepanjang sejarah. Kini siapa yang berani meragukan kekharismatikannya,” kata Al Faqir @Faiz bin Yusuf.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj juga berkomentar. ”Bagi warga NU, menghormati dan mencintai habaib itu min wajibatil Islamiyah (termasuk yang diwajibkan dalam Islam),” katanya.
Karena itulah, tidak heran, jika masuk ke kota Bangkalan ada baliho besar yang berbunyi: Orang Madura juga mencintai habaib. Entah itu untuk mengingatkan siapa. Yang jelas kita semua tahu bahwa Pak Mahfud MD baru pulang kampung ke tanah kelahirannya. Salam!
Editor Sugeng Purwanto