Kisah Perjodohan Berkah Silaturahmi, catatan Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO, yang hari Ahad 22 Mei 2022 menikahkan anak keempatnya.
PWMU.CO – Seperti anak kami lainnya, Faza Fajrulfatkhi Mohammad tidak pernah pacaran. Faza mendapatkan jodohnya berkat kekuatan silaturahmi.
Semua bermula dari KBIH Baitul Atiq, Gresik. Setelah berhaji tahun 2017 lewat KBIH di bawah bimbingan KH Aslich Maulana, kelompok kami rutin menyelenggarakan pertemuan pengajian setiap tiga bulan sekali.
Dalam pertemuan itu sering kami mengajak anak-anak, termasuk Faza, untuk mengikutinya. Di situlah salah seorang anggota jamaah, Sri Andini, ingin berfoto dengan Faza.
Semula semua itu kami anggap biasa saja. Tetapi ternyata ada maksud lain di balik itu. Rupanya foto Faza di kemudian hari ‘dipertukarkan’ dengan foto Rahmandito Kurnia Pratama Hadiwinoto, anak pertama pasangan Anton Hadiwinoto dengan Sri Andini.
Intinya, Bu Dini—-sapaan Sri Andini—-ingin memperkenalkan lebih jauh putranya dengan putri kami. Waktu itu kami tidak menolak dan juga tak menerimanya langsung niatan tersebut. Kami beralasan, Faza saat itu masih kuliah semester lima di Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya).
Akhirnya pembicaraan istri saya, Siti Rondiyah, dengan Bu Dini melalui chat WhatsApp soal itu terhenti. Hingga tiba-tiba Bu Dini bersama anak keduanya, Nadhifa Salsabila—atau yang bicas dipanggil Dhifa—berkunjung ke rumah kami pada Lebaran 2021.
Awalnya, silaturahmi itu juga kami anggap biasa. Namanya saja Lebaran. Semua boleh berkunjung, apalagi teman sesama jamaah haji. Tapi ternyata juga ada maksud lain. Ini bagian dari strategi untuk mengenal lebih jauh Faza, melalui Dhifa.
Akhirnya upaya perjodohan ini berlanjut lebih serius. Dito rupanya ingin bertemu Faza. Maka pertemuan di sebuah caffee di Gresik, 2 Juni 2021, itu diatur sedemikian rupa. Masing-masing dikawal oleh saudaranya. Faza diantar masnya: Aqil Rausanfikr Mohammad. Dań Dito bersama Dhifa.
Klik tapi Langsung Balißk
Seteleh pertemuan itu, kami bertanya pada masing-masing anak kami. Ternyata keduanya klik. Ada chemistry untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius lagi. Ada cinta yang terserap di dada.
Tapi, sehari setelah pertemuan bersejarah itu, Dito harus balik ke Batam. Padahal saya dan istri belum melihat wajahnya secara langsung. Tak ada waktu lagi bagi Dito bersama keluarga atau sebaliknya, bertemu di rumah. Saat kunjungan Lebaran 2021 itu, Dito dan ayahnya memang belum pulang ke Gresik.
Maka, muncul ide mendadak untuk melihat sebelum chek-in di Bandara Juanda, Surabaya. Saya, tanpa ditemani istri, dari kantor di langsung menuju bandara untuk bertemu dengan Dito yang diantar keda orangtuanya dan sang adik.
Pertemuan di salah satu resto makanan siap saji Juanda pada 4 Juni 2021, itu saya manfaatkan untuk menanyakan keseriusan Dito—di samping agar bisa melihat fisiknya, yang ternyata cakep dan tinggi besar itu.
Karena dia serius ingin menikahi anak saya, maka baru saat itulah saya berikan nomor WhatsApp Faza. Tujuannnya untuk komunikasi mengatur langkah selanjutnya menuju jenjang pernikahan.
Dalam percakapan itulah, Pak Anton dan Bu Dini menginginkan lamaran dilakukan tahun depan, menjelang pernikahan. Tapi kami usul, kenapa tidak sekarang saja, sebelum Pak Anton balik bekerja di Qatar.
Waktu itu sisa cuti Pak Anton tinggal sepekan. Maka kami akhirnya sepakat lamaran dilakukan meski tanpa kahadiran Dito yang sudah berada di Batam.
Lamaran Hybrid
Tapi kami tidak kehabisan akal. Di tengah pandemi Covid-19 yang lagi booming petemuan daring, kami pun memanfaatkan fasilitas videokonferensi Zoom untuk acara lamaran yang berlangsung 12 Juni 2021.
Pak Anton dan Bu Dini bersama keluarga dekat hadir di rumah kami, sementara Dito dan keluarga dekat yang berada di perantaun mengikuti secara daring. Itulah lamaran hybrid yang kami lakukan, sebelum akhirnya booming kelas hybrid di sekolah dan kampus.
Dalam momen lamaran itulah kami menentukan kapan dan di mana kami harus melangsungkan akad nikah dan resepsi pernikahan Faza-Dito.
Dan alhamdulillah, akhirnya bisa terselanggara hari ini, Ahad 22 Mei 2022, di Hotel Aston Inn Gresik. Semua berkat rahmat dan karunia Allah.
Penentuan tempat dan tanggal itu sebenarnya kami pilih berdasarkan pertimbangan keamanan dan kenyamanan di tengah kekhawatiran kami masih berlangsungnya pandemi. Jadi bukan karena tanggal cantik atau hitungan-hitungan Jawa.
Kami pilih di pekan ketiga setelah Lebaran, karena pada tahun sebelumnya, di pekan itulah larangan mudik dan arus balik sudah tak berlaku lagi. Demikian pula kami pilih di hotel karena kami anggap lebih aman karena lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Dan syukur alhamdulillah, menjelang pernikahan ini berlangsung, wabah ini sudah mulai mereda, sehingga acara ini bisa berlangsung lebih meriah. Semoga pernikahan ini diberkahi Allah. Dan mudah-mudahan ananda Faza-Dito menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Amin
Peristiwa perjodohan ini membuktikan kekuatan silaturhami. Jodoh, bagi kami adalah bagian dari rezeki berharga dari Allah.
Dengan mengutip sabda Nabi Muhammada SAW: “Barangsiapa ingin lapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi” yang termaktub dalam hadits riwayat Bukhari, saya ingin mengatakan: “Barangsiapa ingin dimudahkan jodohnya, hendaklah dia menyambung silaturahmi!” Dan kami telah membuktikannya. (*)
Video kisah kelahiran dan perjodohan Faza bisa dilihat di sini!