PWMU.CO – Setelah pernyataan anggota Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo Drs Fauzan Adzim, tentang minimnya sekolah Muhammadiyah yang mampu melahirkan kader-kader Muhammadiyah, dimuat pwmu.co (7/5), bermunculan reaksi dari warga Muhammadiyah.
(Baca: Kenapa Sekolah Muhammadiyah Tidak Melahirkan Kader Muhammadiyah? Ternyata Ini Penyebabnya)
Dalam Grup Facebook “MUHAMMADIYAH”, misalnya, bisa dibaca reaksi itu. Ada yang pro dan kontra. Yang pro berpendapat bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah memang harus menjadi tempat pengkaderan.
Pemilik akun FB Jamel Aden termasuk yang sepakat. Ia berkomentar, “Itu saya sangat sepakat. Bahkan guru atau dosen sebagai kader Muhammadiyah pun berdakwah internalnya sangat minim. Berdakwahnya dilupakan (saat mengajar).”
“Banyak pendidik, guru dan dosen, di Muhammadiyah hanya menjadi pegawai, yang hanya (jadi) Muhammadiyah saat di tempat kerja selebihnya…?” kata Sugeng Sudarsono, komentator lainnya, penuh tanya.
Selain yang sepakat, ternyata banyak juga yang bisa memahami mengapa sekolah Muhammadiyah tidak melahirkan kader Muhammadiyah? “Muhammadiyah bukan organisasi kader, tetapi organisasi sosial keagamaan. Amar makruf nahi munkar,” kata pemilik akun Moh Wasik.
Menurut Wasik, Muhammadiyah tugasnya adalah mengajak menjalankan Alquran dan Assunah. “Jika (mereka) berkenan, maka mereka bergabung (ke Muhammadiyah), jika tidak, ya, tidak ada masalah,” ungkapnya. “Itulah yang kami tahu bila belajar di pendidikan Muhammadiyah, dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi,” ujarnya.
Wasik berpendapat, pengkaderan yang paling efektif adalah melalui organisasi otonom, seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah. “Atau lewat Kepanduan HW dan Tapak Suci Putra Muhammadiyah,” jelasnya. Baca sambungan di hal 2 …