PWMU.CO – Balai Dakwah Muhammadiyah, Jalan Kalibutuh 130-D Surabaya menggelar seminar kewirausahaan dengan pemateri mantan Direktur BNI Syariah Mochammad Edy Prayitno, Ahad (29/9/19).
Acara yang dibarengkan dengan Kajian Ahad Pagi tersebut bekerja sama dengan Komunitas Wani Dakwah, sebuah komunitas kaum milenial di bawah naungan Balai Dakwah Muhammadiyah.
Pendiri Komunitas Wani Dakwah Reihan Nevandy mengatakan, ke depan komunitas ini tidak hanya bergerak di bidang agama namun juga entrepreneur.
Kehadiran Balai Dakwah Muhammadiyah di tengah himpitan masyarakat yang kurang tahu apa itu Muhammadiyah, membuat KH M. Anwar Zain semasa hidupnya merintis wadah untuk mengaji bagi masyarakat sekitar di Jalan Kalibutuh Surabaya.
Keprihatinan itu diteruskan ke beberapa generasi berikutnya hingga tertular ke cucunya, Reihan Nevandy, yang mendirikan Komunitas Wani Dakwah.
“Bagus kalau komunitas ini bukan hanya bergerak dalam bidang dakwah namun juga entrepreneur,” ungkap Edy setelah mendengar paparan Reihan.
Di forum tersebut Edy mengaku senang mengajarkan wirausaha pada mahasiswanya. “Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya yang biasanya berjualan di acara car free day di Raya Darmo Surabaya itu mahasiswa saya, yang sedang berlatih entrepreneur,” ungkapnya.
Menurut Edy mindset mahasiswa harus diubah supaya jadi pengusaha. “Untuk jadi entrepreneur harus tiap hari jualan dan menciptakan produknya sendiri. Kalaupun pertama malu tidak mengapa nanti juga tidak malu,” sarannya.
Kreativitas menurut Edy juga penting dalam berwirausaha. Dia mencontohkan produk telur asin yang kini punya berbagai rasa. Atau Magot (belatung) yang diternak untuk pakan. “Makanannya lingkungan sampah. Lumayan kalau sekilo Rp 6 ribu. Jika 10 kilo? Lumayan buat emak emak bantu suaminya,” jelasnya.
Contoh lainnya soal ternak kambing. Mantan Direktur Operasi Perum Pegadaian itu bertanya, “Apa masalahnya?” Serentak jamaah menjawab, “Ngaritnya!”
Edy memberi solusi kalau bingung tentang ngarit rumput. Teknologi sekarang ini bisa pakai fermentasi. “Sampah yang berserakan di warung bekas makanan bisa difermentasikan seperti membuat tape. Itu ternak suka dengan makanan tersebut. Dan bagus buat ternak,” jelasnya.
Bisnis Kencing
Di bagian lain dia memberi contoh soal bisnis yang nyeleneh tapi bisa menghasilkan banyak uang, seperti ‘bisnis’ kencing.
Dalam diskusi dengan temannya, ia mendapat data jika sehari omset dari bisni kencng adalah Rp 1,5 juta. “Itu di Bungurasih, masih satu cabang. Bayangkan kalau ada 10 cabang saja,” ujarnya. Bisni kencing yang dimaksud adalah sewa toilet.
Dia menyampaikan di hari Selasa-Kamis untungnya tipis. “Namun hari Senin, Ahad, Sabtu, Jumat sehari bisa mencapai omset Rp 5 juta. “Apa-apa kalau istikamah, insyaallah jadi,” ujarnya.
Edy prihatin dengan kondisi pengusaha Indonesia. Mengutip data BPS, Indonesia hanya mempunyai pengusaha 1,6 persen sedangkan China 5 persen. Keprihatinan semacam itu membuatnya ingin menularkan ilmunya. “Beban kalau dipikul bersama, enteng,” ucapnya.
Ia lalu memberikan tips agar mudah menjadi entrepreneur. “Bondo nekat, selalu berdoa, berusaha terus, husnudzan terus. Modal seorang entrepreneur itu jujur dan amanah,” kata dia.
Yang juga penting ditanamkan ialah pentingnya integritas. “Juga jangan pikirkan kendalanya. Namun jalan dulu peluang diambil,” jelasnya. Ia juga menyankan untuk membuka peuang bisnis lain.
Yang pentng juga adalah pelayanan. Salah satu kunci bisnis orang China, kata Edy, mengutamakan pelayanan. “Mereka biasanya mengajak makan dulu baru bicara bisnis.” (*)
Kontributor Syahroni Nur Wachid. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post