PWMU.CO – Bukan rahasia lagi jika sosok Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, DR Haedar Nashir, punya mimik wajah yang “serius”. Begitu juga isi ceramah yang disampaikan juga cukup mendalam dan berisi. Namun, sesekali joke pun dilontarkan oleh Haedar. Seperti yang dilakukan dalam Tabligh Akbar yang diselenggarakan Pimpinan Ranting Muhammadiyah-Himpunan Tenaga Kerja Perantau (HKTP) Payaman di Perguruan Muhammadiyah Payaman, Solokuro, Lamongan (13/7).
(Baca juga: Ketua PWM Jatim: Warga Muhammadiyah juga Ahli Tahlil dan Istighatsah)
Mengawali tabligh, Haedar berseloroh jika di Muhammadiyah ternyata ada PRIA yang bukan laki-laki. “Di Muhammadiyah ada pria yang bukan laki-laki, namun perempuan semua. Yakni Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah yang berisi ibu-ibu penggerak dakwah Muhammadiyah bagi hawa,” ujarnya menerangkan kepanjangan PRIA (cara baca: pria).
(Baca: Gus Ipul Mendadak Jadi MC Tabligh Akbar Muhammadiyah dan Haedar Nashir dan Gus Ipul Hadiri Silaturrahmi Warga Desa Payaman, Lamongan)
Ihwal penyebutan PRIA merujuk pada Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah memang baru “popular” ketika diucapkan oleh Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam sambutan sebelum Haedar. Berulang kali Noordjannah menyebut PRIA untuk Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah dan PRIM (cara baca: prim) untuk Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah.
Sementara untuk sambutan sebelumnya, baik oleh Ketua PRM (Habib Sholeh), Bupati Lamongan (Fadeli), maupun Ketua PWM Jatim (M. Saad Ibrahim), mengucapkannya secara lengkap dengan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah maupun Pimpinan Ranting Istimewa Aisyiyah, tanpa singkatan. Ya, warga Muhammadiyah Payaman yang berada di luar negeri (Malaysia) memang menjadi “bintang” dalam Tabligh Akbar itu.
(Baca: Seperti Membangun Kantor RT tapi Mengundang Presiden dan Khatib Jumat yang Ber-HP dan Lempar Humor)
Sebagaimana yang diakui Ketua PRM Payaman, sumbangsih para perantau tidak bisa diabaikan dalam acara Tabligh Akbar itu (Baca: Ketika TKI Jadi Motivator Gerak Dakwah di Dalam Negeri). Sebab, gerak dakwah Muhammadiyah di Malaysia, salah satu faktornya, adalah hasil kerja para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia yang berasal dari Kecamatan Solokuro dan Laren. Bahkan 4 dari 5 PRIM-PRIA di Malaysia, diketuai oleh warga dari dua kecamatan itu. Yaitu PRIM-PRIA Kampung Baru, Sunway, Klan Lama, dan Kuala Lumpur Central.
“Beberapa bulan yang lalu, saya bersama Pak Fadeli (Bupati Lamongan, red) juga diundang untuk mengisi pengajian di PCIM Malaysia,” terang Ketua PWM Jatim, M. Saad Ibrahim tentang kegiatannya di awal Mei lalu. “Insyaallah tidak lama lagi, Pak Haedar maupun Gus Ipul akan menyusul untuk mengisi pengajian warga Muhammadiyah di Malaysia,” sambungnya yang diamini oleh jamaah. (Kegiatan bisa dibaca: Ketika Orang Lamongan “Kuasai” Muhammadiyah Cabang Istimewa Malaysia)
Sebelumnya, Bupati Lamongan Fadeli pun tidak kalah seru dalam memberi pujian untuk warganya di Malaysia yang tetap ber-Muhammadiyah itu. “Orang Lamongan itu luar biasa. Khususnya Muhammadiyah Payaman dan sekitarnya yang mampu mendirikan Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah di Malaysia,” katanya.
(Baca: Bupati Lamongan Ajak Laksanakan Gerakan 1821 dan Orang “Lamongan” Ketuai Enam PDM Jatim)
Tak lupa, Bupati Lamongan yang memasuki periode kedua ini juga mendoakan keberhasilan para perantau di Malaysia. “Saya doakan semoga tambah sukses. Rejekinya tambah akeh (banyak, red),” ujarnya yang diamini para jamaah. Tak lupa Fadeli juga berpesan agar perjuangan di Malaysia itu juga dibawa ke Lamongan, tempat kelahiran dan dibesarkan.
“Lebih membanggakan, rejekinya akeh (banyak, red), tapi digowo muleh (dibawa pulang, red),” kata Fadeli. Sebagaimana partisipasinya dalam Tabligh Akbar itu, para TKI harus tetap berjuang secara sungguh-sungguh di Malaysia untuk sukses. Kemudian hasilnya dibawa ke Lamongan untuk membangun sarana pendidikan, sarana ekonomi di Lamongan. (paradis alhaedar)