PWMU.CO – Prosentase umat islam di Indonesia saat ini mengalami penurunan cukup besar. Berdasarkan data Dirjen Kependudukan RI tahun 2015, ada sekitar 2 juta umat Islam kini berpindah agama. Prosentase umat Islam sesuai data turun 10 persen, dari yang sebelumnya 89 persen tinggal 79 persen. Demikian diungkap oleh M Khoirul Abduh saat mengisi halal bi halal Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah (PRPM) Brengkok, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jum’at (15/7).
”Ini realitas yang ada saat ini. Maka kita harus membuka hati dan pikiran untuk segera melakukan evaluasi terhadap strategi dakwah yang dijalankan. Terutama dari konteks penguatan aqidah dalam dimensi sosial,” ujar Ketua Umum PWPM Jatim periode 2010-2015.
(Baca: Agama Yahudi, Nasrani, dan Islam Bersumber dari Islam yang Dibawa Ibrahim dan Mengecilkan Peran Umat Islam adalah Pengingkaran Sejarah)
Di hadapan sekitar 100 peserta yang terdiri dari Ketua dan jajaran PCPM brondong, jajaran PRM Brengkok maupun kader muda Muhammadiyah Kecamatan Brondong, Abduh memaparkan beberapa faktor yang menyebabkan konversi (perpindahan) agama yang cukup besar itu bisa terjadi.
Pertama itu terjadi karena faktor dari kegagalan dakwah. Menurut Abduh dakwah yang dilakukan tidak mampu mengurai persoalan kemiskinan umat. Untuk itu diperlukan kembali adanya konsistensi dalam memahami dan mengaplikasikan tafsir surat Almaun yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan.
Kedua itu terjadi karena faktor liberasi budaya dan sosial. Abduh menerangkan dalam dimensi ini erat kaitannya dengan peredaran narkoba yang marak terjadi di daerah pesisir Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Gresik. BNNP JawaTimur melansir bahwa di Kecamatan Paciran maupun Kecamatan Brondong merupakan daerah peredaran narkoba terbesar di Jatim.
(Baca: Apa Beda Islam Indonesia dan Timur Tengah? Inilah Jawabannya…dan Gus Ipul Mendadak Jadi MC Tabligh Akbar Muhammadiyah)
”Perlu adanya revitalisasi dalam gerakan dakwah yang berkemajuan untuk mengatasi itu. Dengan cara memfungsikan kembali masjid-masjid sebagai basis ilmu dan dakwah. Selain itu pentingnya dimensi agama dalam gerakan maupun visi berorganisasi kita. Tak kalah penting dalam berorganisasi, terutama di Muhammadiyah harus totalitas,” tegas pria asal Kabupaten Jombang ini. (Nafi’/aan).