PWMU.CO – Salah satu pertanda datangnya hari kiamat adalah “matahari terbit dari barat”. Hal itu termaktub dalam banyak hadits. Salah satunya HR Ahmad dan Muslim: “Sesungguhnya tanda kiamat yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari arah barat.”
Tiga Tafsir Matahari Terbit dari Barat
Pandangan terhadap hadits itu ada tiga. Yang menggunakan pendekatan atau metode burhani menolak hadits itu karena bertentangan dengan logika dan sains.
Bagi yang menggunakan pendekatan bayani atau tekstual matahari benar-benar akan terbit dari barat sesuai kehendak Allah.
Tanpa bermaksud merendahkan kedua pendekatan tersebut, saya cenderung pada gabungan burhani, bayani, dan irfani. Sesuai sains dan hukum alam, matahari selalu terbit dari timur. Hal itu sesuai dengan teks Alquran bahwa matahari beredar pada porosnya (Albaqarah 58 dan Alanbiya 33).
Makna Simbolis Matahari Terbit dari Barat
Saya memandang bahwa hadits tersebut memiliki makna simbolis. Yaitu globalisasi. Marilah coba kita urai.
Pertama, globalisasi adalah proses integrasi dunia melalui pelbagai hal seperti kebudayaan, produk, teknologi, informasi, dan lain-lain yang membuat manusia saling terbuka, terhubung, tergantung.
Sementara hanya matahari yang bisa menjangkau seluruh dunia. Tidak ada celah dunia yang tidak terjangkau sinarnya.
Kedua, globalisasi bermula dari Barat. Inilah makna terbit dari barat. Maka sebenarnya globalisasi juga westernisasi.
Matahari selalu terbit dari kegelapan malam. Sampai sekitar akhir abad ke 15, dunia Barat (Eropa) disebut Dark Age atau zaman gelap atau zaman Kalatidha. Lantas muncul gerakan Renaisance atau pembaruan, Enlightenment atau pencerahan di Inggris, atau zaman Aufklarung di Jerman.
Sejak abad itulah, Barat bergerak menguasai dunia. Yang menyatukan dunia internasional adalah produk-produk peradaban Barat. Internet, Google, Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube adalah produk Barat.
Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional. Dollar AS merupakan mata uang dunia. Sistem ekonomi kapitalisme, politik demokrasi yang bersumber dari Barat kini diadopsi oleh seluruh dunia.
Tidak ada era sebelum ini di mana dunia berada dalam satu jalinan benang merah. Berada dalam satu ikatan. Tanpas batas. Sampai-sampai pakar politik AS, Francis Fukuyama mengatakan, the end of history.
Sejarah peradaban manusia telah berakhir karena semua sudah menerima liberalisme dan kapitalisme. Sampai-sampai Indonesia pun, kata Surya Paloh, telah menjadi negara kapitalis liberal.
Matahari Palsu
Ketiga, hakikatnya, matahari selalu terbit dari timur. Kalau sampai matahari terbit dari barat berarti matahari palsu. Tetapi kepalsuan itu tidak terlihat karena melihat dengan mata eksternal.
Ibaratnya, mata eksternal hanya melihat matahari dari sinarnya saja. Bukan dari permukaan matahari. Apalagi melihat planet matahari (intinya). Asli atau palsu hanya bisa dilihat oleh mata batin (basyirah), batin yang mendapat rahmat Allah.
Keempat, jika melihat planetnya, matahari terbit dari Barat (matahari palsu) sebenarnya adalah Dewa Matahari. Lantas siapa Dewa Matahari?
Manusia pertama yang menobatkan diri sebagai Dewa Matahari adalah Namrud atau Nemrod bin Kan’an, Kaisar Babilonia. Kemudian dia juga mengaku dirinya sebagai anak tuhan. Kemudian tuhan.
Namrud adalah orang pertama yang memiliki konsep gobalisasi. Dunia yang satu di bawah kekuasaannya. Kekuasaannya hampir seantero dunia sehingga dia disembah di seluruh pelosok dunia mulai ujung timur Jepang sebagai Amaterasu, di Mesir sebagai Dewa Ra.
Di Eropa juga ditemukan bukti antropologis tentang Dewa Matahari pada masa 4000-6000 tahun SM. Dewa matahari adalah salah satu dewa utama di Eropa pada masa paganisme (kekafiran). Zaman Yunani-Romawi, disebut Dewa Baal. Dia diperingati secara besar-besaran setiap tanggal 25 Desember.
Atas dasar inilah sekte Gereja Ortodoks Timur, gereja Pantekosta, gereja Baptis tidak mau mengakui 25 Desember adalah hari Natal (kelahiran Yesus). Hal itu dianggap bidah (sesat). Katolik dan Protestan dinilai mengadopsi ajaran agama pagan (kafir).
Dialektika Yahudi
Sejarah Bangsa Yahudi selalu menampilkan dialektika. Pada satu sisi dia sebagai umat pilihan Tuhan karena takwanya, tetapi juga bangsa dikutuk Tuhan karena durhakanya. Pada saat diberi Tuhan yang asli (tidak tampak mata), mereka ada yang memilih tuhan yang kelihatan (palsu). Misalnya kasus Samiri, kemarahan Nabi Eli yang menghancurkan berhala-berhala Yahudi. Tidak ada bangsa yang disporanya melebihi bangsa Yahudi. Di setiap penjuru dunia ada Yahudi.
Dalam agama pagan Eropa yang paling berkuasa dalam kehidupan adalah para dewa, naga, ular, lucifer, tukang-tukang sihir. Adanya dewa Baal dan sihir, bisa diduga salah satu subyek yang menyebarkan ajaran Namrud ke Eropa adalah kaum Yahudi. Ada bukti-bukti historis bahwa Yahudi sudah hadir di Eropa sejak ratusan tahun sebelum masehi.
Surat Al Baqarah 102 bisa dijadikan rujukan melacak perjalanan sihir sampai di Eropa. Asalnya dari Babilonia, kemudian dibawa ke Yerussalem pada zaman Nabi Sulaiman, setelah itu berkembang di Eropa. Hingga kini kaum Yahudi masih berusaha menemukan buku-buku sihir yang disita Nabi Sulaiman dengan menggali terowongan di bawah Masjid Aqsha.
Trilogi Fasad
Gerakan renaisance, enlightenment, maupun aufklarung pada intinya merupakan protes terhadap hegemoni gereja. Para tokoh pencerahan mencari nilai-nilai budaya, agama dan peradaban untuk melakukan pembaruan, pencerahan. Antara lain dari Platonisme, Yudaisme (Yahudi), Kristen, Islam. Juga dari nilai-nilai lama yang hidup di Yunani-Romawi. Tak terkecuali nilai yang bersumber pada ajaran Namrud yang sudah hidup ribuan tahun di Eropa.
Ajaran Namrud bisa disebut Trilogi Fasad: Liberalisme, kapitalisme dan despotisme. Ketiganya saling mengkait. Liberalisme melahirkan individualisme, sekularisme, agnostikme dan ateisme. Saat ini ditambah LGBT.
Despotisme melahirkan pemerintahan kolonialisme, imperialisme yang menindas. Diskriminatif. Sekarang masih berlangsung paseudo nekolim. Kapitalisme melahirkan penjarahan sumber ekonomi negara lain untuk dibawa ke Eropa, kerakusan. Di samping ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak mudah mengenali inti trilogi fasad ini karena bercampur dengan nilai-nilai lain. Sehingga subhat (remang-remang). Tidak jelas batasan yang haq dan yang bathil.
Cahaya Haikiki Islam
Kelima, globalisasi saat ini seolah jawaban Namrud atas Nabi Ibrahim. Albaqarah 258, Ibrahim nenantang Namrud untuk menerbitkan matahari dari barat jika dirinya memang tuhan. Sebab Allah menerbitkan matahari dari timur.
Namrud saat itu jelas tidak mampu. Untuk itulah, seolah Namrud menyampaikan jawaban saat ini dengan menerbitkan matahari barat. Yang tentunya matahari palsu. Jika matahari palsu terus bergerak maka yang terjadi menggelapkan yang terang. Berbeda dengan jika matahari haq adalah menerangi kegelapan.
Yang jelas matahari palsu sudah bergerak. Seperti watak matahari, kawasan yang ditinggal akan kembali gelap. Yang sedang mendapati akan terang. Karena ini matahari palsu, yang ditinggal justru kembali menjadi terang secara hakiki.
Lihat di Eropa saat ini justru mulai bersinar cahaya haq Islam kian berkembang. Sebaliknya jika matahari palsu saat ini masih di kawasan negara Muslim, maka pertempuran yang terang secara hati dengan terang yang palsu sangat keras. Wajar jika umat Islam saat ini ditindas, dipinggirkan, distigma terorisme.
Matahari terbit dari barat ini ada benang merahnya dengan hadits bahwa dajjal akan menutup kebenaran, menurutup hati manusia. Manusia akan berada dalam kehidupan post-truth atau pasca kebenaran.
Matahari palsu ini sebenarnya juga ujian seperti Namrud yang menjadi ujian bagi Ibrahim. Bangkitnya kembali Trilogi Fasad sebenarnya juga ujian bagi umat Islam. Bukankah setiap kaum muslim akan diuji seperti kaum beriman terdulu (Albaqarah 214).
Seperti matahari yang ada akhir masa edarnya, matahari palsu pun pasti akan berakhir seperti bagaimana Allah mengakhiri hidup Namrud melalui seekor nyamuk. Kemudian Allah menghancurkan Babilonia. Setelah dari Namrud, Ibrahim memancarkan cahaya kebenaran dari Mekah untuk umat manusia. (Albaqarah 124-125).
Allah pasti memegang janjinya sesuai Alisra 81. Bagaimana kita selamat di era yang merupakan ujian terberat umat Islam? Kuncinya adalah rahmat Allah. Kita harus mendapat rahmat Allah. Ingat surah akhir zaman, Surah Kahfi. Ashabul kahfi selamat oleh rahmat Allah. Rahmat Allah berupa tembok Zulkarnaen untuk menyelamatkan suatu bangsa dari penindasan yakjuj makjuj. Hanya rahmat Allah kita selamat dari fitnah dajjal di akhir zaman.
Wallahu a’lam bis-shawab. (*)
Kolom oleh Anwar Hudijono, wartawan senior. Materi ini disampaikan di dalam pengajian Masjid Nurul Azhar Porong, Sidoarjo, Ahad, 5 Januari 2020.