PWMU.CO – Spemutu Gresik kembangkan Program Tahfidh bersama BTC. Sebanyak 105 siswa dites bacaan dan hafalan Alquran untuk mengikuti kegiatan ini.
Tes selama dua hari, Rabu-Kamis (15-16/1/2020) ini dipimpin langsung oleh Badan Tajdied Center (BTC) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik yang diketuai Ustadz Adi Mustafa.
Tes yang bertempat di Masjid Taqwa Kompleks Perguruan Muhammadiyah Jalan KH Kholil No 90 Gresik ini diikuti siswa Spemutu kelas VII dan VIII.
Kepala SMP Muhammadiyah 1 (Spemutu) Gresik Ahmad Ashari SPd menjelaskan, tes Alquran ini adalah bagian dari adanya Program Tahfidh yang diadakan pihak sekolah.
“Dua hari yang lalu (Senin-Selasa, 13-14/1/20) sudah dilakukan tes peminatan siswa pada program ini,” jelasnya.
Para siswa, sambungnya, mengisi kuesioner yang diberikan oleh sekolah. Dari tes tersebut diperoleh 105 siswa kelas VII dan VIII. “Lah 105 anak inilah yang akan melaksanakan tes Alquran dan dikelompokkan oleh BTC,” ujarnya.
Program Lama yang Diperbaiki
Wakil Urusan Ismuba Mahfudl Asrofi MSi menjelaskan latar belakang munculnya program ini. Menurutnya, program ini sudah ada sejak dulu.
“Sebenarnya sudah sejak lama program ini ada. Namun, kami terbatas pada waktu yang ada di sekolah. Selama satu pekan, ada dua jam untuk pelajaran tahfidh,” ungkapnya.
Dia menerangkan, dua jam itu belum maksimal untuk anak-anak menghafal dan setor hafalan. “Adanya keterbatasan tersebut mendorong kami sekolah untuk menjalin kerjasama dengan BTC. Dengan harapan BTC mampu memaksimalkan waktu yang dimiliki dengan menggunakan metode-metode hafalan yang tepat,” terang dia.
Dia berharap, dengan munculnya Program Tahfidh ini sekolah yang berbasis Islam ini harus memperkuat prestasi non-akademik.
“Dan keinginan kami, kita perkuat prestasi non akademik di bidang lain yaitu Alquran. Ini selaras dengan visi dan misi sekolah,” kata guru yang menyelesaikan pendidikan S2 di Bidang Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Sementara Ustadz Adi Mustafa menjelaskan, nantinya 105 anak ini akan dikelompokkan menjadi tiga kelas. “Yang pertama ini kelas dasar yaitu mubtadi’en terdiri dari siswa pemula yang punya motivasi tinggi untuk menghafal Alquran namun bacaannya masih perlu diperbaiki,” jelas dia.
Yang kedua, lanjutnya, masuk kelas mutawasithin, yaitu kelompok tengah yang sudah menghafal minimal juz 30. “Dan yang terakhir kelas paling tinggi yaitu uliya, terdiri atas anak-anak yang hafalnnya tidak hanya juz 30. Tapi sudah ke juz lain atau beberapa surat di juz lain,” jelas pria kelahiran Bangkalan, 7 Mei 1984 ini.
Penulis Awiyan Subekti. Editor Mohammad Nurfatoni.