PWMU.CO – Kwarda HW Lamongan punya pimpinan baru. Ramanda Yusuf Ismail dipilih oleh tim formatur sebagai ketua umum Kwartir Daerah (Kwarda) Hizbul Wathan Lamongan masa bakti 2020-2024. Dia menggantikan Fathurrohim Syuhadi.
Pemilihan itu berlangsung dalam Musyawarah Daerah (Musyda) Hizbul Wathan Lamongan III bertempat di SMAM 5 Karanggeneng, Sabtu (1/2/2020).
Selanjutnya tim formatur yang berjumlah 11 orang dan ketua umum terpilih membentuk kelengkapan pengurus Kwarda HW Lamongan periode ini.
Ramanda Yusuf Ismail mengatakan, saat ini kita harus bersinergi dan bersatu terutama tokoh-tokohnya. ”Kita harus seimbang membangun akidah dan kelayakan hidup untuk kemajuan kepanduan Hizbul Wathan di Lamongan,” ujarnya.
Dia berharap, melalui Musyda ini diharapkan bisa melahirkan kepemimpinan yang sesuai dengan kaidah organisasi sehingga memunculkan rekomendasi untuk memajukan umat dan bangsa khususnya Kwarda HW Lamongan.
Sementara mantan ketua Kwarda HW Lamongan Fathurrohim Syuhadi menyampaikan, tiga persoalan yang sudah tuntas diselesaikan di periodenya yaitu religiusitas, intelektual, dan ekonomi dalam kepanduan HW Lamongan dan priode selanjutnya harus lebih baik.
”Untuk menuntaskan tiga persoalan itu harus disinergikan dengan eksternal dan seluruh komponen pandu HW Lamongan,” ujarnya.
Empat Tantangan Globalisasi
Sementara Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan KH Ahmad Kasuwi Thorif MA dalam pembukaan Musyda mengatakan, tugas Muhammadiyah dari sekarang adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) sebagai penerus perjuangan organisasi.
”Muhammadiyah ada di tangan Hizbul Wathan, karena itu berbagai strategi pengembangan pendidikan perlu dilakukan agar kita tidak tertinggal jauh di belakang dan siap dalam menghadapi tuntutan persaingan global,” ujar pencipta jurus meliwis putih pencak silat Tapak Suci.
Dia juga berujar, kehidupan di dunia ini akan dihadapkan dalam persaingan. ”Siapa yang menang? Adalah orang-orang yang beriman dan menuntut ilmu,” tuturnya.
”Kalau bahasa saya otaknya cerdas, hatinya saleh, dan tangannya terampil sehingga kader HW mampu dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,” katanya.
Dia memberi empat ciri utama kehidupan masyarakat di era globalisasi. Pertama, dunia tanpa batas, Karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia menjadi suatu tempat yang disebut placeless society. Manusia bebas berkomunikasi, terbuka untuk bekerja sama dalam berbagai perdagangan tanpa ada yang membatasi, transparan, tak ada yang ditutup-tutupi.
Kedua, kemajuan ilmu dan teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, sehingga membentuk masyarakat ilmu pengetahuan.
”Ketiga, kesadaran terhadap hak dan kewajiban asasi manusia. Hak-hak manusia di dunia ini seperti hak untuk hidup dan hak untuk dihidupi adalah sama,” tandasnya.
Keempat, pandu Kwarda HW Lamongan harus siap berkompetisi. Yang terbuka akan memungkinkan untuk dapat bekerja sama antar masyarakat dan antar bangsa tanpa batas. (*)
Penulis Fathan Faris Saputro Editor Sugeng Purwanto