PWMU.CO – Siswa Smamda Sidoarjo tampil di forum internasional. Siswa yang akan tampil di forum internasional itu adalah Azalia Febrilianty dan Putri Karisya Rizkita.
Kedua siswa SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo yang hobi diskusi tersebut terpilih sebagai delegasi Indonesia di Asia Youth International Model United Nations (AYIMUN) di Malaysia, 15-18 Februari 2020.
Ajang ini memberikan kesempatan bagi anak muda seluruh dunia untuk belajar diplomasi, negosiasi, sekaligus berbagi ide dan solusi untuk memecahkan berbagai masalah di dunia.
Untuk mengikuti ajang bergengsi itu, kedua siswa Smamda Sidoarjo ini harus melewati tes yang tidak mudah. Dari tes administrasi hingga membuat esai tentang masalah internasional yang sedang berkembang.
Pada saat penulisan esai, mereka juga diminta untuk memilih lembaga atau komite internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bahan pembahasan dalam konferensi.
Di Forum Internasional Akan Kupas Xenophobia
Ditemui PWMU.CO di Smamda Sidoarjo, Selasa (4/2/2020), Azalia Febrilianty menyampaikan akan memilih Komite Social, Humanitarian, and Cultural (SOCHUM). “Dalam forum internasional nanti saya menjadi delegasi dari negara Fiji. Adapun esai saya tentang fenomena xenophobia,” ujarnya.
Bagi siswa berkacamata tersebut, sifat xenophobia akan berdampak negatif bagi negara atau kelompok masyarakat karena menimbulkan masalah baru seperti diskriminasi.
“Menurut saya fenomena xenophobia muncul berawal dari rasa percaya diri yang sangat lemah. Akibatnya muncul dorongan untuk melihat sesuatu yang datang dari luar sebagai ancaman. Ketika ini terjadi, maka tidak dapat dipungkiri, hubungan antar manusia menjadi penuh kecurigaan,” imbuhnya.
Maka dalam tulisan esainya, Azalia, sapaan akrabnya, menawarkan pentingnya dialog kebudayaan. “Perlu kiranya masyarakat menanamkan kepercayaan diri dan yakin identitas kulturalnya tidak hilang jika dihadapkan pada budaya lain,” jelas siswa kelas X IPS 4 ini.
Esai Penanganan Imigran di Afrika Selatan
Berbeda dengan Azalia, Putri Karisya Rizkita menjadi delegasi negara Afrika Selatan dan masuk dalam Komite Tinggi PBB untuk pengungsi (UNHCR).
“Saya menulis tentang sikap yang diambil oleh pemerintah Afrika Selatan untuk menangani para imigran atau pengungsi di negara asal Nelson Mandela tersebut,” ungkap Putri, panggilan akrabnya.
Ada tiga hal penting yang ditulis Putri dalam esainya. Pertama, kebijakan pemerintah Afrika Selatan terhadap para pengungsi yang menetap lama.
“Kedua, apa saja yang sudah dilakukan pemerintah. Ketiga, permasalahan apa yang terjadi di negara tersebut dan solusinya apa,” sambung siswa kelas XI IPS 3 ini.
Putri melihat beberapa kasus di Afrika Selatan hubungan antara penduduk lokal dan imigran sempat mengalami ketegangan.
“Di beberapa kasus imigran lebih menguasai sektor ekonomi, sehingga ini juga ada kaitanya dengan masalah xenophobia. Untuk masalah ini solusi yang saya tawarkan adalah perlunya sifat toleransi dan menghargai terhadap sesama,” terang Putri.
Perdalam English Conversation
Saat ini kedua siswa Smamda Sidoarjo ini tengah memperkaya conversation bahasa Inggris. Bagi mereka lancar berbahasa Inggris menjadi modal untuk bisa tampil percaya diri. Terlebih dalam forum internasional ini.
“Selain harus lancar berbahasa Inggris, kami harus paham inti masalah dari negara yang saya wakili, baik dari pendekatan ilmu sosial, politik dan ekonomi. Wow ini amazing banget menurutku,” tutur Putri sambil tersenyum. (*)
Penulis Arief Hanafi. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.