PWMU.CO – Kreasi siswa SMP Mutu di masa pandemi patut diapresiasi. Di saat libur sekolah dan penerapan belajar dari rumah, dia sukses berkarya melalui doodle art.
Siswa SMP Muhammadiyah 7 (Mutu) Surabaya itu bernama Maritza Verda Sekar Wangi. Di masa wabah Covid-19 seperti saat ini, siswi kelas IX itu terus produktif menghasilkan karya.
Ditanya inspirasi awal kreasinya, dia mengaku mendapat pengalaman saat di sekolahnya dulu. “Waktu sekolah di Kalimantan ikut lomba kreativitas siswa dalam membuat doodle art,” ujar Verda, sapaannya, Rabu (13/5/20). Meski kurang maksimal, lanjutnya, pengalaman awal itulah yang justru membuka ide berwirausaha di kemudian hari.
Tren Doodle Art
Karya seni seperti doodle art memang sedang menjadi tren belakangan. Tampilannya yang modis dan trendi dapat dijadikan buah tangan atau sekadar pajangan di rumah. “Bisa juga dibuat kado ulang tahun atau hadiah yang diberikan pada orangtua atau guru,” tuturnya.
Proses pembuatan doodle art bisa dibilang cukup rumit, karena butuh ketelitian dan keuletan. Selain membutuhkan bahan-bahan seperti buku gambar atau kertas putih dan frame pigura, juga perlu menyediakan alat-alat. Seperti spidol besar, dan kecil berwarna, bolpoin gel, penggaris, serta gunting.
Untuk langkah-langkah pembuatannya, menurut Verda, pertama dapat mengambil contoh gambar doodle. “Atau kita bisa pakai gambar emoticon,” ungkapnya. Setelah itu, lanjut dia, baru potong ukuran gambar sesuai dengan frame. Biasanya ukuran 23.5 x 30 cm.
Selanjutnya, membuat tulisan sesuai ide kreasi dengan menggunakan spidol kecil warna dan spidol besar. Setelah itu, sketsalah gambar doodle atau emoticon yang dipilih dengan menggunakan bolpoin gel tersebut. “Baru kemudian kita bisa membuat tulisan kata-kata,”ujarnya.
Tahap akhir menurut Verda, tinggal memasukkan kertas yang sudah jadi tersebut ke dalam frame. “Doodle art siap dipajang atau dijual bagi yang tertarik untuk membelinya,” kata dia.
Membua doodle art, kata Verda, bisa menjadi kegiatan positif dan dapat menghasilkan uang. Dia mengaku biasa menjual karya tersebut secara offline maupun online. “Harganya rata-rata antara Rp 35 ribu hingga Rp 65 ribu, bergantung ukuran frame dan pemesanannya,” tuturnya.
Kreasi siswa SMP Mutu Surabaya ini diapresiasi keluarga dan para guru. Selain bermanfaat , juga menjadi sarana belajar sekaligus beribadah dan memproduksi karya dari rumah. Semangat berwirausaha sejak dini diharapkan dapat menular pada teman dan adik kelasnya yang lain. (*)
Penulis Muhammad Rukhan Asrori. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.