PWMU.CO – PCM Klojen Kota Malang meniadakan Shalat Id di Stadion Gajayana. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Klojen Kota Malang Hilmy Ch SH saat dihubungi, Sabtu (16/5/2020).
Hilmy menuturkan, untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid- 19 PCM Klojen telah menggelar rapat pada 10 Mei 2020. Dalam rapat tersebut telah menghasilkan lima keputusan.
Pertama, meniadakan pelaksanaan shalat Idul Fitri 1441 H di Stadion Gajayana.
Kedua, mengimbau pada semua Pimpinan Ranting (PR) yang biasanya mengadakan shalat Idul Fitri agar meniadakan shalat Id 1441 H.
Ketiga, Pimpinan Ranting atau Masjid di bawah binaan Muhammadiyah Cabang Klojen tetap melaksanakan penghimpunan dan pembagian zakat fitrah di wilayah masing-masing dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid- 19.
Keempat, pendistribusian zakat fitrah atau maal selain pada fakir miskin, warga terdampak Covid-19, juga diimbau memperhatikan mubaligh Muhammadiyah yang tidak mempunyai penghasilan tetap atau yang terdampak Covid-19.
Kelima, PCM mengimbau pada semua warga Muhammadiyah untuk tetap tenang dalam menyikapi wabah serta pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
“Seraya berdoa memohon kepada Allah SWT agar kita semua diberi kekuatan dalam menghadapi musibah ini. juga semoga wabah virus ini segera berakhir,” paparnya.
Selamatkan Ribuan Nyawa Manusia
Hilmy menjelaskkan, keputusan tersebut sudah diedarkan melalui surat oleh PCM ke semua Pimpinan Ranting (PR) dan Takmir Masjid untuk bisa ditindaklanjuti dan dilaksanakan.
Sementara itu, Ketua PCM Klojen Kota Malang Ir Ichtibar Nawa Atmaja saat dihubungi PWMU.CO menyampaikan peniadaan shalat Idul Fitri ini sesungguhnya merupakan bentuk ketaatan cabang pada keputusan PP, PWM, dan PDM.
Menurutnya, keputusan tersebut sangat tepat sekali untuk menyelamatkan puluhan ribu nyawa manusia dari keganasan Covid- 19.
“Di Stadion Gajayana sendiri jamaahnya ribuan, 2000 bisa lebih. Belum lapangan yang lain,” ujarnya.
Dia berharap semua pimpinan di semua level juga mematuhi keputusan organisasi tersebut sehingga terwujud kekompakan sistem di dalam persyarikatan Muhammadiyah yang bisa diajarkan dan dijadikan contoh para generasi muda atau angkatan muda Muhammadiyah (AMM) sebagai calon penerus pemegang kepemimpinan persyarikatan dikemudian hari. (*)
Penulis Uzlifah. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.