AKM dan Menakar Mutu Sekolah Muhammadiyah opini oleh Anis Shofatun, guru SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik. Tulisan ini Juara II Lomba Penulisan Opini 5 Tahun Milad PWMU.CO.
PWMU.CO– Genap setahun masa Belajar dari Rumah (BDR) akibat pandemi Covid 19 berlangsung untuk siswa Indonesia. Pemerintah menginstruksikan libur sejak 16 Maret 2020. Kegiatan belajar dalam masa darurat masih berlangsung hingga saat ini.
Telah terjadi banyak perubahan dalam diri siswa, guru dan orangtua dalam mengadaptasikan diri selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) setahun berjalan ini. Di antara mereka ada yang semakin melejit melahirkan beragam kreativitas, skills baru, prestasi gemilang.
Ada pula yang berhasil menemukan komunitas belajar melintas batas negara. Peluang pengembangan diri yang bernilai seperti menjadi seorang public speaker, content creator, writer, animator dan lain sebagainya.
Sebagian dari mereka ada yang tumbang karena kejenuhan, kewalahan memanajemen diri dalam arus informasi yang sangat cepat. Ada di antaranya masih merasa gagap teknologi.
Sebagian lagi semakin lesu mengikuti PJJ. Ini karena tuntutan iklim pembelajaran yang terus menerus berkembang maju dan modern serta kebijakan pendidikan yang acapkali sering berubah.
Memasuki tahun 2021, sekolah mulai disibukkan dengan beragam program peningkatan kompetensi berliterasi bagi guru dan siswa. Ada Asesmen Nasional yang digunakan sebagai potret mutu proses dan hasil belajar di sekolah negeri dan swasta di seluruh Indonesia.
Hal inilah yang menjadikan sebagian besar sekolah menjadi gegap gempita untuk mempersiapkan dan menghadirkan kembali habituasi (pembiasaan) berliterasi bagi atmosfer belajar siswa dan guru di sekolah.
Di lapangan drilling latihan soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) terhadap siswa mulai diberikan di kelas-kelas virtual. Kegiatan workshop atau webinar terkait penulisan soal berbasis AKM juga terus mengalir di grup-grup media sosial.
Tiga Indikator
Hal ini dilakukan guna merespon salah satu dari tiga indikator pengukuran mutu pendidikan Indonesia melalui Asesmen Nasional nantinya. Tiga indikator itu meliputi keterampilan mendasar dalam literasi membaca dan literasi matematika (numerik) melalui AKM, survei karakter dan survei lingkungan belajar.
Tantangan ini justru dibilang tidak lebih ringan. Terlebih bagi sekolah-sekolah yang belum menginternalisasikan literasi dalam setiap proses pembelajaran di sekolah. Selain itu ada aspek karakter dan lingkungan belajar menjadi indikator bermutu dan tidaknya sebuah lembaga pendidikan. Bagaimana dengan sekolah Muhammadiyah?.
Sejatinya, ajaran berliterasi ada sejak Nabi Muhammad saw menerima wahyu pertamanya melalui surat al-Alaq ayat 1-5. Pada ayat tersebut kata Iqra yang berarti bacalah diulang hingga dua kali. Begitu pula dengan kata allama (mengajarkan) yang disebut dua kali juga. Sedangkan kata bilqalam (dengan pena) dan kata ma lam ya’lam (apa yang tidakdiketahui) masing-masing tertulis sekali.
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk terus mencari dan mencintai ilmu pengetahuan. Salah satunya dengan aktivitas membaca yang merupakan bagian dari proses pengamatan dan penyerapan terhadap pengetahuan/informasi. Berliterasi tidak sekadarmembaca dan menulis. Lebih dari itu, menemukan, mengolah, mengevaluasi atau merefleksikan informasi yang diperolehnya.
Siswa dalam mengerjakan AKM akan lebih familiar dan mudah manakala secara proses keseharianya memang dibiasakan. Siswa dapat dilatihkan menemukan informasi dari bacaan fiksi dan non fiksi, menyusun inferensi dari infografis, mengambil keputusan dan mengaitkan isi teks dengan pengalaman diri siswa, guru dan sebagainya.
Sebaliknya, siswa akan semakin terbebani dan menyatakan sulit manakala tiba-tiba anak hanya memperoleh drilling soal AKM di akhir semester atau saat Asesmen Nasional nanti. Pada akhirnya siswa menjadi kendor dalam bersekolah online.
Membiasakan siswa dalam berpikir kritis terhadap sebuah informasi/ pengetahuan menjadi tanggung jawab setiap guru. Tidak perlu ada dikotomi. Misalnya untuk urusan literasi hanya milik guru Bahasa Indonesia dan yang numeric menjadi tanggung jawab guru matematika. Semuan masuk di setiap lini mata pelajaran.
Penelitian di Finlandia
Penelitian yang dilakukan oleh Kang Jingoo (2020) menyebutkan, manajemen kelas, dukungan guru, interaksi guru-siswa serta sistem pengajaran adaptif memberikan pengaruh positif terhadap hasil PISA 2015 di Finlandia.
PISA (Programe for International Student Assesment) merupakan studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun yang diselenggarakanoleh OECD (Organisation for Economic Coorperation and Development).
Penyelenggaraan Asesmen Nasional tahun pertama yang rencana semula dilaksanakan bulan Maret-April 2021 dan ditunda menjadi September-Oktober 2021 diharapkan semakin memicu dan meningkatkan level prestasi PISA Indonesia ke depan.
Penelitidari University of Eastern Finland ini menjelaskan, untuk menciptakan iklim belajar yang berpengaruh langsung terhadap prestasi PISA, faktor dukungan guru menjadi sangat penting. Hubungan guru dan interaksinya terhadap siswa dalam memberikan umpan balik yang membangun, menghargai ide dan pertanyaan siswa. Guru juga harus memiliki kepedulian terhadap emosi siswa serta memberikan dukungan ekstra saat dibutuhkan.
Hal lain yang ditemukan dari penelitiannya di negara yang memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia ini adalah sistem pengajaran yang adaptif. Penggunaan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan pengetahuan siswa. Sehingga layanan pembelajaran yang diberikan oleh guru akan disesuaikan dengan modalitas belajar siswa.
Modalitas (gayabelajar) setiap siswa bisa berbeda-beda apakah auditori, visual atau kinestetik. Dengan demikian, melatihkan keterampilan berliterasi akan semakin mudah bagi siswa untuk dapat mengikutinya dengan penuh kegembiraan.
Guru dapat menggunakan beragam sumber dan media dalam meningkatkan level Kompetensi Minimum siswa. Misalnya, dengan kisah, profil tokoh, cerita fiksi, infografis, data percobaan, tabel-tabel atau bukti-bukti empirik lainnya.
Guru juga dapat memvariasikan dalam bentuk teks sastra atau pun teks informasi. Hal ini dilakukan untuk semakin memperluas skema pengetahuans iswa, selain mengurangi kebosanan.
Sekolah Muhammadiyah
Guru dan siswa sekolah Muhammadiyah bisa mengenalkan dan mengakrabkan diri dengan berbagai referensi dari media-media Islam. Khususnya untuk melatihkan AKM mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Media itu seperti PWMU.CO, Suara Muhammadiyah, IBTimes, dan portal dakwah Muhammadiyah lainnya. Penggunaan referensi yang digunakan juga dapat diambil dari sumber lainnya menyesuaikan dengan kebutuhan konten dan jenjangnya SD/MI, SMP/ MTS atau SMA/SMK.
Dalam membiasakan siswa dengan budaya literasi. Guru mata pelajaran dapat pula menggunakan berbagai data, fakta dan fenomena alam sekitar. Guru menyajikan fenomena otentik dan mengajak siswa untuk berpikir lebih kritis serta distimulasi dengan menyusun inferensi terkait dengan perilaku, penyelesaian masalah, atau makna tersirat lainnya.
Hal ini sebagaimana yang ada dalam ajaran Islam sebagaimana bunyi dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 190 yang artinya, sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakaan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka jauhkanlah kami dari siksa neraka.
Isyarat melalui pesan ayat-ayat kauniyah yang Allah hadir melalui fenomena kealaman (sains), peristiwa-peristiwa atau objek-objek yang dikaitkan dengan tugas manusia di bumi sehingga semakin memperkuat kebenaran dan keimanan kepadaNya.
Dalam kondisi seperti ini, maka guru juga diharapkan semakin literate sehingga bisa membimbing dan mengarahkan siswa kepada kompetensi literasi baca tulis, numerik, sains, budaya, teknologi dan literasi lainnya dengan baik.
Selain itu, iklim belajar yang kondusif dan karakter Islam yang ada di sekolah Muhammadiyah akan tercermin dalam budaya, prestasi dan mutu pendidikannya. (*)
Editor Sugeng Purwanto