PWMU.CO – Jika Pemerintah Mau Kolaborasi dengan Muhammadiyah Akan Luar Biasa. Bendahara Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Drs Marpuji Ali MSi. Dia mengemukakan itu pada kajian Ramadhan Sehat dan Aman. bertema Membangun Kemandirian Umat, Selasa (27/4/21).
Kajian virtual spesial Ramadhan bersama PP Muhammadiyah, persembahan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Lazismu, dan Wardah.
Maspuji mengatakan, berbagai hal dasar kehidupan dalam MKCHM (Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah)—seperti masalah kesejahteraan dan negara yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur—tidak bisa terwujud jika umat tidak mandiri.
Dia meluruskan, kemandirian di sini bukan bermakna mandiri dalam hal pekerjaan atau sesuatu yang dilakukan sendiri. Sebab, Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial.
Sehingga, kemandirian bermakna kemampuan manusia berkomunikasi dengan siapa pun untuk menjalankan tugas kekhalifahannya.
Konsolidasi, Kolaborasi, dan Sinergi
Maspuji menyatakan, kemandirian juga berarti kemampuan seseorang untuk bisa melakukan konsolidasi, kolaborasi, dan kembangkan sinergi.
Untuk memahami hal ini, ia mengajak berpikir kritis. “Apakah masalah kemiskinan yang Kiai Ahmad Dahlan hadapi dulu masih relevan dengan masalah kita sekarang?”
Kemudian Maspuji memaparkan hasil survei (9/2020) tentang penduduk miskin di Indonesia. “Ternyata 27.550.000 orang, jumlah yang sangat besar,” ungkapnya.
Mereka, lanjutnya, susah mengakses pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari seperti air bersih.
Dengan membangun kemandirian umat, harapannya “Gerakan al-Maun” terdengar nyaring dan luas, sampai bisa menyantuni fakir-miskin di luar Indonesia, seperti Rohingya dan Palestina.
Pemerintah dan Muhammadiyah
Kenyataannya, menurut Maspuji, pemerintah tidak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan ini sendirian. “Muhammadiyah sendirian juga tidak bisa,” komentar dia.
“Kalau pemerintah mau melakukan konsolidasi, sinergi, dan kolaborasi dengan Muhammadiyah—yang sejak awal peduli hal semacam itu—akan menjadi luar biasa,” tuturnya.
Buktinya, rumah sakit Muhammadiyah banyak berperan selama pandemi Covid-19 ini. Peran ini, tambahnya, sangat pemerintah butuhkan juga.
“Dengan sinergi, kolaborasi, dan konsolidasi semua kekuatan itu, maka masalah-masalah kemiskinan dan ketidakberdayaan dalam bidang pendidikan dan kesehatan insyaallah bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya,” harapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, mestinya pemerintah menaruh perhatian sangat besar terhadap peran Muhammadiyah. “Saat Muhammadiyah membantu kepentingan pemerintah dan negara juga harus mendapat dukungan pemerintah,” tutur Marpuji.
Dengan begitu, tambahnya, kita semua bisa bersatu-padu menjalankan tugas kemanusiaan. “Tidak hanya dengan pemerintah, tapi Muhammadiyah bersedia bekerja sama dengan lembaga apa saja yang peduli dengan kemiskinan dan keterbelakangan,” terangnya.
Kemandirian Sejati Internal Muhammadiyah
Marpuji menegaskan, sebuah keniscayaan di internal Muhammadiyah, gerakan jangan dikotak-kotakkan menjadi gerakan yang kecil: ini kotak ranting miliknya ranting, ini kotak daerah miliknya daerah.
“Pemahaman kita harus ‘ini adalah persyarikatan Muhammadiyah yang besar’, semua boleh membantu (dan) ikut ambil bagian, jangan dipecah-pecah, supaya kekuatan ummat bersatu jadi kekuatan besar,” jelas dia.
Menurutnya, inilah wujud kemandirian sejati. Masing-masing berperan dengan sebaik-baiknya. Kalau ranting sendiri, majelis sendiri, wilayah sendiri tidak akan jadi kekuatan besar. “Berjamaah akan menjadi kekuatan dahsyat!” tegasnya.
Maspuji mengimbau seluruh warga Muhammadiyah, “Mari kokohkan jamaah kita, kesatuan dan perstauan kita. Kalau ada maslalh perbedaan jangan perbedaan itu yang ditonjolkan, tapi mari cari titik temu,” sarannya.
Dia melanjutkan, jangan sampai terjebak dalam kemandirian yang semu. “Kalau ada masalah, jangan bangga kalau bisa melakukannya sendiri,” ujarnya.
Selain itu, perlu lebih terbuka. “Jangan kalau dikritik atau diberi masukan, (dianggap) seolah-olah menghalangi,” tutur dia.
Bangun Kemandirian lewat Ekonomi
Marpuji mengajak menengok sejarah, di mana para saudagar Muslim mendukung dan menggerakan Muhammadiyah. Bahkan, mereka berperan penting dalam gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar.
Akhir-akhir ini, lanjutnya, peran saudagar Muslim mulai tergeser. Bahkan perannya sangat kecil dalam percaturan ekonomi di Indonesia.
Dia mengungkapkan, “Sebanyak 97 persen daya serap tenaga kerja bagi UMKM di Indonesia. Kalau Muhammadiyah bisa memanfaatkan hal ini sebagai gerakan dakwah, akan jadi hal luar biasa!” tuturnya.
Oleh karena itu, Muktamar ke-47 Muhammadiyah kemarin telah mencanangkan adanya gerakan ekonomi umat dengan membangun holding company atau Badan Usaha Milik Muhammadiyah.
“Harus ada kolaborasi, konsolidasi, dan sinergi (yang) arahnya adalah membina masyarakat yang lemah ini,” ujarnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni