PWMU.CO– Buku Nadjib Hamid Mengabdi tanpa Batas yang diluncurkan ke pembaca, Sabtu (18/9/2021) di Kantor PWM Jatim ada kisah menarik saat menggali data dari narasumber.
Uzlifah salah satu pewawancara yang ditugasi mewawancarai beberapa narasumber menceritakan, karena masa pandemi Covid-19 dan PPKM, wawancara kebanyakan lewat telepon dan chatting WA.
“Beberapa orang yang sudah janjian wawancara batal karena kena Covid,” cerita Uzlifah di sela acara peluncuran buku yang dibarengkan dengan Musypimwil III Muhammadiyah Jatim.
Menurut Uzlifah, wawancara lewat telepon atau chatting WA membutuhkan kesabaran karena tidak tahu apa yang terjadi di sekitar nara sumber seperti ekspresi atau pengembangan data.
“Kalau jadwal wawancara tertunda karena ada kepentingan mendadak itu sudah biasa, tapi pas telepon mau wawancara ada kabar narasumber kena Covid bahkan seluruh keluarganya. Itu membuat hati saya trenyuh,” kata Uzlifah yang aktivis Aisyiyah Kota Malang ini.
Dia mencontohkan, saat wawancara Ketua Bawaslu Jatim Dr Sufyanto. Setelah beberapa kali dikontak akhirnya bisa dijadwal. Ternyata jadwal itu batal.
Akhirnya bisa memberikan informasi lewat chat WA.
“Saya sangat senang bisa ikut berkontribusi di buku ini. Saya telah menuliskan informasi yang dibutuhkan melalui WA di saat saturasi oksigen saya di angka 64,” kata Sufyanto menuturkan kondisinya saat itu. Saat peluncuran buku dia sudah menerima buku yang dikirim tim penulis.
Dia menyampaikan, saat itu dia memilih isolasi mandiri di rumah, karena bulan Juli itu memuncaknya Covid-19 dan semua rumah sakit penuh,” tambahnya.
Saat itu tidak hanya Sufyanto saja, ada beberapa narsum mengalami kondisi yang sama.
Wahyu Kuncoro misalnya, salah seorang sahabat Nadjib Hamid saat sama-sama di FKPT yang awalnya bersedia memberikan kesaksian akhirnya dengan sangat menyesal tidak batal karena istri dan anaknya terpapar corona.
Beda lagi saat mewawancarai Arief Budiman, mantan Ketua KPU RI. Selain kesibukannya menjalankan tugas negara saat itu, pewawancara juga harus bersabar menunggu sampai Arief Budiman berhasil menidurkan putra bungsunya, Tsabit El Haq Budiman.
Ditulis Relatif Singkat
Buku Nadjib Hamid ditulis oleh Prof Dr Biyanto sebagai ketua tim penulis. Anggotanya Ainur Rafiq Sophiaan, Fathurrahim Syuhadi, Mohammad Nurfatoni, Sugeng Purwanto, dan Uzlifah.
Menurut Biyanto, buku ini terbit dalam waktu yang relatif singkat karena ditangani oleh tiga editor andal. Yaitu Ainur Rafiq Sophiaan, Pemred majalah Matan, Mohammad Nurfatoni, Pemred PWMU.CO, dan Sugeng Purwanto, Ketua LIK PWM Jawa Timur yang pernah menjabat Redaktur Pelaksana Harian Surabaya Post.
“Buku ini dikerjakan mulai menggali data, menulis, editing, lay out, dan cetak hanya empat bulan. Dari Mei hingga pertengahan September selesai cetak. Alhamdulillah hari ini dilaunching,” kata guru besar UIN Sunan Ampel ini.
Sementara Aunillah Ahmad, putra kedua Nadjib Hamid, mengucapkan terima kasih kepada tim penulis yang telah menyusun buku biografi ayahnya.
Menurut dia, buku Nadjib Hamid Mengabdi tanpa Batas ini istimewa bagi keluarganya. “Kami benar-benar sangat berterima kasih pada Jenengan dan tim, buku ini sangat istimewa. Banyak lagi kebaikan Bapak yang kami ketahui,” tutur Aunillah.
Penulis Uzlifah Editor Sugeng Purwanto