PWMU.CO– Pelayan dadakan terjadi sewaktu rombongan Lazismu Jawa Timur dalam perjalanan Rakernas ke Jakarta mampir di Rest Area 260 jalan tol Pejagan-Pemalang saat sarapan pagi, Kamis (9/12/2021).
Di rest area ini ada galeri besar bekas Pabrik Gula Banjaratna. Kesan gedung ini unik dengan tembok tua tampak bata. Crane dan mesin lama juga masih dipasang. Di dalamnya diisi banyak stan lukisan, kerajinan gerabah, batik, dan warung makanan aneka macam kuliner. Ada iga bakar, sup iga, tongseng, aneka soto, empal gentong, sate, gule dll.
Ketua Lazismu Jatim Zainul Muslimin memilihkan satu warung yang lengkap menunya. Kedatangan rombongan 36 orang ini membuat pemilik warung kalang kabut.
Warung ini dikelola empat remaja Sunda langsung cekatan melayani. Mencatat pesanan makanan dan minuman. Ternyata warung ini tidak menyediakan makanan siap saji. Mereka keluarkan bahan makanan dari kulkas. Seperti daging, daging ayam, telur, sayuran, bumbu. Langsung dimasak detik itu juga.
“Lho berapa lama nunggu selesai masaknya,” tanya pembeli.
“Sekitar 15 menit, ini tinggal memanasi saja,” jawab pemilik warung.
Tak ayal lama juga menanti. Apalagi kompor hanya dua tungku. Jumlah menu yang dimasak juga beda. Beberapa pembeli pun ada yang sembari jalan-jalan lihat barang di stan.
Lima belas menit berlalu, empat masakan pertama disajikan. Tapi tidak bisa langsung makan karena menunggu nasi.
Melihat remaja pemilik warung yang kalang kabut melayani, Ketua Lazismu Jatim Zainul Muslimin langsung bangkit dari kursinya menuju dapur.
Dia membantu menyiapkan nasi di piring. Dicetak kotak di atasnya ditaburi brambang goreng. Kemudian diantarkan nasi-nasi itu ke meja pemesan. Begitu seterusnya dia hilir mudik dari dapur bawa nasi. Pembeli yang masakannya sudah matang langsung bisa menyantapnya.
Berkat Pak Zainul turun tangan urusan sarapan pagi selesai. Setelah semuanya makan, baru dia menikmati makanannya. Eh, ternyata masih yang kancrit. Rombongan mbak-mbak yang pesan soto dan nasi goreng belum makan.
Pak Zainul langsung menuju dapur lagi menanyakan apakah makanan sudah siap. Tak lama lemudian semua pesanan tuntas disajikan.
Urusan dapur tampak sudah biasa bagi dokter hewan lulusan IPB angkatan tahun 1980 ini. Maklum dia sering membantu istrinya masak di Resto Bunda Nur Buduran Sidoarjo.
“Sering saya ikut bantu masak walau itu membuat pegawai dapur sungkan,’ katanya dengan tawa terkekeh. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto