PWMU.CO – Batik Ecoprint dipraktikkan kader Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Sumbersekar Dau Kabupaten Malang, Ahad (13/8/2023).
Pelatihan membatik dengan bahan alam ini bekerja sama dengan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang. Acara dilaksanakan di rumah Wehandaka Pancapalaga Jl. Mawar, Dusun Semanding, Sumbersekar.
Lima mahasiswa FPP UMM di bawah bimbingan Wehandaka Pancapalaga, dosen Peternakan UMM, memberikan pendampingan pelatihan pembuatan batik ecoprint kepada 10 perserta dari PRA Sumbersekar.
Batik ini bisa dijual sebagai cenderamata khas UMM. ”Ada tiga tahapan proses yang harus dikerjakan secara berurutan untuk menghasilkan batik ecoprint yang sempurna,” jelas Wehandaka.
Pertama, kain yang sudah disiapkan harus di scuoring atau dihilangkan terlebih dahulu zat kimia dalam kain sehingga dapat menyerap motif dan warna secara sempurna.
Caranya dengan merendam kain selama satu jam pada larutan scouring yang terbuat dari campuran ½ sdm TRO dengan 1,5 liter air. Lalu bilas sampai bersih dan dikeringkan.
Kedua, mordanting. Fase terpenting dalam pembuatan ecoprint. Mordanting meningkatkan kemampuan menempelnya pewarna alami yang dibuat dari daun dan bunga pada kain.
Singkatnya, sebagai penguat warna melekat pada kain supaya tak luntur karena air dan panas.
Caranya, larutkan air hangat yang dicampur dengan cuka/asam asetat, soda kue, tawas, tunjung, dan soda ash ke dalam wadah. Masukkan kain dan diremas-remas, lalu rendam 15 menit. Kemudian peras dengan tunats dan keringkan.
Ketiga, pembatikan ecoprint. Teknik ecoprint adalah mencetak pada kain dengan menggunakan pewarna alami dan membuat motif dari daun secara manual yaitu dengan cara ditempel sampai timbul motif pada kain.
Caranya, membuat larutan 1 sdm kapur dan 2 liter air. Lalu diendapkan dan di ambil air endapan yang jernih. Kemudian celupkan kain,diamkan sebentar dan peras.
Dalam kondisi lembab, kain dihamparkan di atas plastik untuk ditempeli bunga dan daun yang akan dijadikan motif. Kali ini daun yang dipakai motif adalah daun kenikir, jarak kepyar, ceri dan jati.
Gelak tawa mengiringi proses ini karena peserta harus menekan kain dengan cara menginjaknya berulang kali secara merata ke seluruh permukaan sehingga membuat peserta seperti sedang bergoyang regge.
”Ayo goyang…,” seru salah satu peserta yang disambut gelak tawa peserta lain.
Kemudian kain digulung sambil ditekan dan diikat kuat dengan tali dan dikukus selama 2 jam.
Wajah penasaran peserta sangat terlihat ketika proses akhir telah tiba. Gulungan kain yang telah dikukus mulai dibuka ikatan dan gulungannya, serta dibersihkan daun-daunnya.
Wajah penasaran berganti wajah bahagia melihat hasil karya mereka yang begitu cantik dan rapi.
Siti Nurul, Ketua PRA Sumbersekar berterima kasih kepada FPP UMM yang telah melatiha pembuatan batik ecoprint.
Dia berharap, keterampila ibu-ibu semakin baik sehingga batik yang dihasilkan semakin bagus kualitasnya supaya dapat dijadikan cenderamata khas UMM.
Penulis Nurul Hidayah Editor Sugeng Purwanto