PWMU.CO – Leadership Training PDM Magetan digelar oleh Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Magetan, Sabtu-Ahad (24-25/2/2024).
Kegiatan Leadership Training dipusatkan di Kompleks Pondok Pesantren Modern Salimul Ummah Magetan, Jl. Magetan-Panekan, Srogo, Panekan, Kabupaten Magetan Jawa Timur.
Ketua Panitia Leadership Training PDM Magetan Thoha Mahmudi SHI MPd mengungkapkan, kegiatan training berlangsung dalam dua bentuk, yaitu luring dan daring.
“Untuk luring dilaksanakan selama dua hari, berpusat penuh di Ponpes Modern Salimul Ummah yang diikuti 50 peserta. Pesertanya guru dan kepala sekolah-madrasah Muhammadiyah Magetan,” ujarnya.
“Sedangkan untuk daring dilaksanakan 1-4 Maret 2024 dengan menghadirkan narasumber dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Yaitu Wakil Ketua PWM Jatim sekaligus Rektor Umsida Dr. Hidayatulloh dan Wakil Ketua PWM M. Khoirul Abduh MSi,” tambahnya.
Menurut Thoha, Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Magetan mempunyai kewajiban moral melaksanakan amanah dan program pimpinan pusat dan wilayah.
“Akan kami siapkan sumber daya yang profesional, beretika, berkemajuan dan berakhlak, “ tegas Koordinator Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Magetan ini.
Fase Perjalanan Hidup
Acara dibuka oleh Ketua PDM Magetan Samsul Hidayat SPd MPd, Sabtu (24/2/2024). Dalam sambutannya Samsul mengingatkan perjalanan hidup suatu bangsa atau lembaga.
“Perjalanan suatu lembaga atau apapun tidak akan lepas dari fase-fase perjalanan hidupnya. Dimulai fase perintis, fase ini biasa dikenal fase babat alas atau fase perjuangan. Fase kedua, dikenal sebagai fase pengembang karena masih berkomitmen untuk berkembang,” paparnya.
Fase ketiga, lanjutnya, dikenal dengan fase penikmat. Ini karena mereka hanya tinggal menikmati hasil dan tidak merasakan perjuangan merintis. “Tapi ingat ya, fase ini sangat berbahaya. Kalau tidak hati-hati, maka bisa-bisa akan tergelincir,” ungkapnya.
Samsul mencontohkan kejadian sejarah peradaban manusia. Ingat catatan sejarah. Uni Sovyet sekarang hancur berkeping-keping menjadi negara Ukraina, Uzbekistan, Armenia, Tajikistan, Slovenia dan lain-lain. Ini akibat konflik internal dari para penikmat.
“Termasuk tertangkapnya pahlawan nasional Cut Nya’ Dien karena informasi orang dalam. Informan ingin hidup nikmat, sehingga perang Aceh berakhir tahun 1904,” terangnya.
“Mari kita masing-masing merenung, kita ini masuk dalam fase apa. Kitalah yang bisa menjawabnya,” tutur alumnus IKIP Malang ini. (*)
Editor Sugiran.