PWMU.CO – Kisah unik perjalanan Kontributor PWMU.CO Kabupaten Banyuwangi perjalanan menuju ke Bandung Jawa Barat, Jumat (12/7/2024).
Kontributor tersebut adalah Taufiqur Rohman. Dia termasuk satu dari 13 kontributor PWMU yang direkomendasikan untuk mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Universitas Muhammadiyah Bandung.
Semula dia berencana akan jumatan dulu di masjid terdekat dengan stasiun Kalisetail. Namun melihat jadwal keberangkatan kereta api yang mepet, yaitu pukul 11.52 WIB, maka dia mengurungkan niatnya itu. Dia memutuskan untuk mengambil rukshoh (keringanan) yang diberikan syariat. Dengan melakukan shalat jamak qashar di kereta api.
Pukul 10.45 WIB, pria yang bertinggal di Pandan itu, menstarter sepeda motornya ditemani istri tercintanya, Nani Muslimah.
Di kecepatan 60 km per jam, sepeda motor melaju ke arah Utara menuju stasiun Kalisetail.
Kira-kira 20 menit kemudian, Taufiqur Rohman membelokkan sepeda motornya dan berhenti tepat di depan pintu masuk stasiun. Istrinya turun dari sepeda motor mendekati Kantor Security.
“Bu pintu masuk sebelah sana,” katanya sambil menunjuk ke arah pintu masuk.
Mendengar itu, Taufiq begitu biasa ia disapa segera mengarahkan sepeda motornya untuk masuk ke stasiun melewati pintu yang ditunjukkan itu. Lalu dia memarkir sepeda motornya.
Dia segera masuk stasiun dan mencetak tiket perjalanannya menuju stasiun Gubeng Surabaya.
Karena masih ada jeda waktu keberangkatan beberapa saat lamanya, maka keduanya berbincang ria. Perbincangan bertambah seru, karena ada seorang teman ikut bergabung, Sulis namanya.
15 menit menuju waktu keberangkatan, karyawan stasiun Kereta Api Indonesia (KAI) telah berjaga di depan pintu ruang tunggu sambil mengecek tiket penumpang yang masuk satu per satu.
Taufiq pun pamit sama istrinya. Lalu masuk ruang tunggu. Dari dalam dia masih dapat melihat istrinya yang bercengkrama dengan temannya itu.
Kereta Wijaya Kusuma datang tepat waktu. Para penumpang disilakan masuk ke gerbongnya masing-masing.
Meskipun sempat menanyakan kepada petugas KAI, Taufiq masih mencari tempat duduknya. Kursi dengan nomor pre-2 4A. Dilihatnya nomor yang terpampang di atas jendela, sambil diurutkan mulai dari nomor 1A, 1B, 2A, hingga 6A.
Ternyata semua kursi tersebut sudah ada yang menempati semuanya.
Akhirnya dia pun bertanya,”Mohon maaf Bu, ini nomor 4A, ya?” tanyanya sambil menunjukkan tiket yang ada di tangannya.
“Kursinya saya tukar dengan kursi punya saya yang depan itu,” pintanya.
“Monggo (silakan),” jawab Taufiq sambil melihat perempuan yang menggendong anak kecil itu.
Baru saja mau duduk, tiba-tiba telfon berdering. Taufiq mengangkat telfonnya. Istrinya yang menelfon. Nada bicaranya sangat gugup. Taufiq menjadi sangat khawatir dan baru menyadari saat istrinya itu menyebut kontak sepeda motor.
“Astaghfirullah, di saku ini,” gumamnya.
Kereta api mulai berjalan perlahan. Taufiq segera berlari mencari pintu keluar. Kereta api pun mulai menambah kecepatannya.
Taufiq berteriak meminta tolong kepada petugas security yang berjalan cepat ke arahnya.
“Pak tolong berikan kontak ini ke istri di sana,” pinta Taufiq.
Kereta api semakin kencang. Taufiq kembali ke tempat duduknya untuk menelfon istrinya. Dia merasa senang, karena kontak sepeda motor sudah dipegang istrinya.
Nani Muslimah mengungkapkan kejadian yang baru dialaminya itu. Gara-gara kontak sepeda motor itu dia sampai berlarian keluar masuk 3 gerbong sambil teriak-teriak memanggil nama suaminya.
Kereta melaju kencang meninggalkan Kalisetail menuju Gubeng Surabaya. Taufiq menchat istrinya, Bismillahi tawakaltu alallahi lahaula wala quwwata Illa billah.
Penulis Taufiqur Rohman Editor Alfain Jalaludin Ramadlan