PWMU.CO – PCM Tulangan, SD Muhammadiyah Kreatif 2 Tulangan (SD Muda Tusida) dan SD Muhammadiyah 8 Sidoarjo (SD Muhdelta) gelar studi banding sekaligus silaturrahim ke Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM).
Kepala SD Muda Tusida, Fahruddin SpdI dan Kepala SD Mudelta, M Syaifuddin Zuhri MPd berkunjung bersama jajaran Waka masing-masing. Rombongan studi banding tersebut terlaksana pada Rabu (21/8/2024) di sekolah yang beralamat di Jl. Medokan Semampir Indah No.99-101, Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Surabaya.
Humas dari SAIM, Rima menyambut mereka, dan kemudian memaparkan visi dan misi dari SAIM kepada rombongan dari SD Muda Tusida dan SD Muhdelta tersebut.
Rima memberikan penjelasan yang sangat matang terkait bagaimana visi dan misi dari SAIM. Dalam forum studi banding ini juga ada sesi tanya jawab dan diskusi sebagai ajang belajar antar sekolah.
“Strategi apa yang digunakan lembaga SAIM untuk mengembangkan sekolah dalam meningkatkan jumlah siswa yang mendaftarkan di tengah persaingan yang begitu ketat di kota Surabaya?” Tanya Nofan Arifianto, rombongan dari SD Muda Tusida.
Rima kemuidan menjawab bahwa di samping ada tim khusus, dalam marketing SAIM menerapkan konsep Nasi Padang. Artinya mengunakan wali murid sebagai tim promosi sekolah. Di mana wali murid diminta menceritakan keunggulan dan kebaikan sekolah.
“Sebaliknya, kekurangan lembaga disembunyikan ibarat makan nasi Padang, yang enak diceritakan ke teman atau saudara,” lanjut Rima.
Dalam sesi terakhir acara ada sambutan sekaligus penutup dari pemilik lembaga SAIM, Dr H Sulthon Amin MM. Dia mengucapkan terima kasihnya pada rombongan yang rela meluangkan waktunya untuk hadir dalam kegiatan studi banding dan silaturrahim ini.
Wakil Ketua PWM Jatim tersebut menjelaskan tentang sejarah berdirinya SAIM. Mulai dari keresahannya melihat anak-anak yang keberatan membawa banyak barang dan PR yang menumpuk. Hal itu menjadi pelecut untuk mendirikan SAIM yang berfokus padapembentukan karakter Islam yang positif pada anak-anak, tanpa tugas atau mata pelajaran yang menjadikan mereka stress.
“Di sini, anak-anak SD tidak ada PR,” terang Sulthon.
Pembentukan karakter Islam harus menjadi pembiasaan. Anak-anak di SAIM diberikan ruang untuk mengembangkan bakatnya. Pembelajarannya bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari dengan proyek yang sesuai dengan kapasitas dan usianya.
“Terakhir, semoga kunjungan PCM Tulangan bersama AUM bisa membawa dan menerapkan program positif yang ada di SAIM, untuk diterapkan di sekolah-sekolah yang ada di bawah naungan PCM Tulangan,” pungkas Sulthon. (*)
Penulis Sumardani Editor Wildan Nanda Rahmatullah