Oleh: Muhsin MK – Pegiat Sosial
PWMU.CO – Hasad merupakan penyakit batin seseorang yang berbahaya, bukan saja bagi dirinya melainkan juga bagi orang lain. Hasad memiliki arti iri dan dengki namun, makna yang lebih dalam dari Hasad adalah berharap hilangnya nikmat Allah pada orang lain dan ingin nikmat itu menjadi miliknya. Nikmat itu bisa berupa harta, kedudukan, ilmu, istri yang cantik atau suami yang tampan dan lainnya.
Penyakit hasad mulai ada sejak manusia diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit ini ada pada diri iblis atau raja setan yang merasa disaingi dengan diciptakannya manusia. Maka dari itu, ketika iblis diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Adam alaihissalam, dia tidak mematuhinya. (QS Shad ayat 75-76 dan QS Al-Baqarah ayat 34).
Dia merasa bahwa manusia lebih rendah dari dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa hasad melekat pada setan. Bahkan dia berusaha menyesatkan manusia di dunia. (QS Al-Hijr ayat 38-42).
Macam-macam Hasad
Pertama, hasad yang dilarang. Adapun hasad yang dilarang diantaranya yakni:
1. Hasad karena iri dan dengki terhadap kelebihan harta dan kekayaan yang dimiliki orang lain. (QS An-Nisa ayat 32).
Melihat kerabat, tetangga, saudara, teman dan orang lain yang memiliki banyak harta atau kaya raya lalu membuat dadanya sesak dan tidak senang. Sesak dada dan tidak senang ini timbul karena hasad. Hal seperti ini berupa dengan orang yang mendambakan harta benda dan kekayaan Qarun di zaman Nabi Musa alaihissalam. (QS Al-Qashash ayat 79).
2. Hasad karena iri dan dengki terhadap agama, keyakinan Islam dan Nabi Muhammad SAW (QS An-Nisa ayat 54).
Orang-orang kafir yang terdiri dari kaum musyrikin, Yahudi dan Nasrani (QS Al-Bayyinah ayat 1 dan 6). Tidak senang kepada agama dan keyakinan umat Islam, selama lamanya, kecuali mengikuti agama dan keyakinan mereka. (QS Al-Baqarah ayat 120).
Ketidaksenangan mereka adalah karena hasad, iri dan dengki kepada agama Islam yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. (QS Al-Baqarah ayat 109).
3. Hasad karena iri dan dengki akibat kalah bersaing dalam beramal dan berkorban kepada Allah SWT.
Hasad tersebut menimbulkan ketidaksenangan pelakunya sehingga dapat mendorongnya melakukan tindakan ekstrem kepada pesaingnya tanpa memandang orang tersebut kerabat atau orang lain. Bahkan pelakunya tidak segan-segan membunuh pesaingnya, seperti dalam peristiwa Kabil membunuh adiknya Habil. (QS Al-Maidah ayat 27-30).
4. Hasad karena iri dan dengki pada kedudukan, pangkat dan kepemimpinan yang dimiliki orang lain.
Hasad ini yang dimiliki oleh orang-orang munafik kepada orang orang yang beriman. Sebagaimana tokoh munafik Abdullah bin Ubay’ yang hasad kepada Nabi Muhammad SAW. (QS An-Nisa ayat 54). Mereka berpura-pura beriman padahal tidak. Dalam hati mereka ada penyakit, hasad, benci, tidak senang serta memusuhinya sehingga penyakitnya bertambah. (QS Al-Baqarah ayat 8-10).
Ketika di depan orang-orang beriman mereka merasa hormat namun, ketika di belakang, mereka menjadi musuh dalam selimut. (QS Al-Baqarah ayat 13-14).
Saat berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW mereka menghormati dan memujinya, tetapi ketika di belakang beliau, mereka menjadi musuh yang berbahaya karena menikam dari belakang. (QS Al-Munafiqun ayat 1-4).
5. Hasad karena iri dan dengki akibat kebencian, dendam, cemburu serta merasa tersinggung sehingga ingin menghabiskan orang yang dibencinya dengan menggunakan cara apapun, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain.
Jika perlu mereka gunakan sihir atau santet. Mereka mengirim sihir dan santet di malam hari. Ini salah satu cara yang dilakukan oleh orang-orang yang hasad apabila hasadnya sudah memuncak. (QS Al-Falaq ayat 4-5).
6. Hasad karena iri dan dengki akibat pilih kasih, merasa kurang diperhatikan, dicintai dan disayangi oleh orang tua daripada saudara atau adiknya sendiri. Inilah yang terjadi pada saudara-saudara Nabi Yusuf dari lain ibu terhadap diri Yusuf dan adiknya Bunyamin. Mereka benci dan tidak senang kepada Yusuf, membuat mereka melakukan makar (tipu daya). Seperti yang disampaikan Nabi Yakub alaihissalam setelah anaknya, Yusuf, menceritakan tentang mimpinya. (QS Yusuf ayat 4-5).
Kedua, yaitu hasad yang diperbolehkan.
Sesuai sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak boleh hasad (dengki dan iri) kecuali kepada dua orang yaitu, satu, Kepada seseorang yang diberikan karunia oleh Allah harta kekayaan kemudian ia belanjakan dalam kebenaran. Kedua, kepada seseorang yang diberikan Allah hikmah (ilmu) hingga ia memberikan keputusan dengannya dan juga mengajarkannya”.(HR. Bukhari nomor 73 dan Muslim nomor 816).
Hasad yang kedua ini dikenal dengan istilah gibthoh atau cemburu dalam kebaikan. Hasad ini merupakan suatu keinginan hati untuk mendapatkan yang serupa dengan orang yang menerima karunia dari Allah tersebut dan digunakan untuk kemaslahatan umat manusia.
Hal ini merupakan kebaikan dan kebajikan yang dijamin masuk surga dan mendapatkan ridha Allah SWT. (QS Al-Bayyinah ayat 7-8).
Merusak Hubungan Persaudaraan
Dari bahaya hasad yang dikemukakan di atas dengan jelas menunjukkan bahwa penyakit hati itu dapat merusak hubungan persaudaraan, baik kepada sesama muslim, maupun persaudaraan sesama manusia. Kerusakan yang ditimbulkan bermacam macam, diantaranya yaitu:
Pertama, merusak hubungan silahturahmi diantara sesama muslim. Padahal silaturahmi itu amat diperintahkan untuk dihubungkan. (QS An-Nisa ayat 1).
Silahturahmi antara pelaku hasad dengan orang yang tidak disukainya menjadi putus dan hilang. Padahal setiap muslim dilarang memutuskan silahturahmi dengan saudaranya. “Tidaklah akan masuk surga orang yang memutus silahturahmi”. (Muttafaqun alaihi).
Kedua, menimbulkan permusuhan antara sesama manusia yang berakibat konflik kemanusiaan. Seperti yang terjadi antara Qabil dan Habil, putra nabi Adam alaihissalam. Qabil membunuh adik kandungnya sendiri, Habil. (QS Al-Maidah ayat 30). Hal ini menjadi pembunuhan manusia pertama di bumi. Padahal pembunuhan yang dilakukan tanpa alasan syar’i dilarang dalam syariat Islam. (QS Al-Isra ayat 33).
Ketiga, menyebabkan kisruh rumah tangga dan keluarga bagi orang yang hasad. Suami atau istrinya terbawa-bawa, termasuk anak-anaknya. Perceraian bisa terjadi di antara mereka. Suami atau istrinya tentu ada yang tidak suka bila keluarga mereka berbuat hasad karena dapat merugikan diri sendiri dan keluarganya. Maka dari itu, jauhi hasad untuk memelihara diri dan keluarga dari kehancuran. (QS At-Tahrim ayat 6).
Keempat, berdampak pada rusaknya hubungan bertetangga dalam masyarakat. Apalagi tetangga yang hasad akan menghasut tetangga yang lainnya untuk ikut mengucilkan tetangga yang dibencinya. Selain itu, orang hasad juga bisa melakukan adu domba dengan tetangganya.
Pelaku hasad tidak akan senang selama tetangga yang dibencinya masih ada di sekitar lingkungannya dan tinggal bersamanya. Padahal kebencian itu tidak baik bagi mereka sendiri. (QS Al-Hujurat ayat 11).
Kelima, berakibat kepada hancurnya tatanan kemasyarakatan dan kemanusiaan. Sebagaimana hasadnya orang-orang Yahudi dan Nasrani pada umat Islam. Mereka berusaha mengecilkan keberadaan umat Islam dan berusaha untuk menghancurkannya.
Selain itu, mereka juga tidak ingin eksistensi Muslim menonjol dan menguasai negara serta pemerintahan di dunia. (QS Al-Baqarah ayat 109 dan 120). (*)
Editor Ni’matul Faizah