
PWMU.CO – Tabligh Akbar dalam rangka momentum Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW, dan Tarhib Ramadhan 1446 Hijriah, diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gayam, Kepulauan Sapudi, Kabupaten Sumenep.
Diawali dengan gemerlapnya pawai akbar dalam rangka momentum Isra Mikraj dan Tarhib Ramadhan 1446 Hijriah, yang diikuti oleh Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan Amal Usaha Aisyiyah (AUA).
Diiringi dengan penampilan Drumband Gema Sang Surya oleh SMA Muhammadiyah 4 Gayam, Pawai aksesoris lampu bintang-bintangan TK Aba Siti Khotija Gayam, MDT Muhammadiyah 1 Gayam, MDT Muhammadiyah 2 Gayam.
Serangkaian Tabligh Akbar dimulai dari pukul 19.30 hingga 22.00 WIB. Tabligh Akbar dihadiri oleh Forkopimcam Gayam, dari Kecamatan, Kapolsek, Danramil Kecamatan Gayam.
Acara ini juga dihadiri oleh saudara seiman dari kalangan Nahdhatul Ulama’ (NU), yaitu Pimpinan MWC NU Gayam, Muslimat NU, Fatayat NU, dan GP Anshor Gayam.
Muballigh yang mengisi Tabligh Akbar terlahir dari Pulau Kangean yang kini menetap di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Drs. Misran Sali selaku Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bangkalan dan Ketua MUI Bangkalan Bidang Pendidikan.
Dalam Tabligh Akbar beliau membuka dengan kalimat pembuka:
قد يمر الإنسان بالكثير من الصعاب والتحديات في حياته، ولكنه يجب أن يظل قويا وثابتا فيما يؤمن به.
Artinya: Seseorang mungkin menghadapi banyak kesulitan dan tantangan dalam hidupnya, tetapi ia harus tetap kuat dan teguh pada apa yang ia percayai.
Dalam pesan beliau tentang peristiwa Isra Mikraj, ada dua peristiwa penting yang melatarbelakangi terjadinya Isra Mikraj Nabi Muhammad SW. Dua peristiwa itu amat berkesan dalam hati beliau, peristiwa yang diliputi dengan duka yang senantiasa menekan dadanya.
Demikian berat peristiwa itu dirasakan oleh Nabi, sehingga para ahli sejarah menyebutnya dengan istilah “Aam al-Huzni” atau tahun kesedihan. Namun, hakikatnya beliau sudah dalam kondisi kuat saat Allah mengisra Mikrajkan Nabi Muhammad SAW.
Pesan yang kedua adalah pelajaran dalam menyambut bulan suci Ramadan, hendaklah setiap muslim melakukan sesuatu dipasang target. Dan hikmah diwajibkan syariat puasa Ramadan adalah salah satu bentuk cara Allah SWT untuk menjadikan kaum muslimin menjadi pribadi yang tangguh, sedikit makan, punggung mereka jauh dari tempat tidur, sehingga terbentuklah insan yang bertaqwa.
Salah satu bentuk ketakwaan kita disisi Allah adalah dengan memaafkan kesalahan orang lain adalah hadiah bagi diri sendiri, dada jadi lega.
“Kesimpulannya adalah kesulitan akan melahirkan kekuatan, kemakmuran akan memunculkan kelemahan, jangan memanjakan anak didik kita dengan berbagai kemudahan,” tutur Drs Misran Ali.
Harapan dari kegiatan tersebut adalah agar setiap muslim mampu menyambut dengan kegembiraan dan mempersiapkan bekal ilmu, amal, dan fisik dalam ber-taqarrub dan bermunajat kepada Allah SWT.(*)
Penulis Abu Hasna Editor Zahrah Khairani Karim