Dari cerita yang dihimpun di lapangan, pendirian masjid ini secara intens baru dimulai ketika Ahmad Dahlan sedang tetirah. Namun, bukannya istirahat, tapi dia malah membangun Masjid dan tentunya menebar dakwah yang mencerahkan.
Maklum saja jika Kiai Dahlan tergerak hatinya untuk berdakwah. Di daerah ini berdiri bermacam hotel bertaraf nasional yang dibangun oleh penjajah Belanda untuk menambah kenyamanan. Tosari juga merupakan tempat strategis, karena salah satu akses pintu masuk menuju kawasan wisata Gunung Bromo. Sebuah letak yang memiliki daya tarik, sekaligus memiliki nilai eksotik tersendiri.
Pada awal abad ke-20, daerah ini pada masa zaman penjajah Belanda ternyata disulap oleh Belanda sebagai salah satu lokasi prostitusi. ”Perkampungan kecil itu bernama Tosari. Sebuah desa yang pada zaman penjajah Belanda dijadikan tempat tempat melampiaskan libido birahi,” tambah Imam Soeladji.
(Baca: Tipe-Tipe Warga Muhammadiyah dan Di Sel Tahanan, Buya Hamka Nyaris Putus Asa)
Masyarakat sekitar mulai gerah dengan kemaksiatan yang dipertontonkan oleh Belanda. ”Sebenarnya, tokoh masyarakat sudah mendirikan organisasi keislaman,” kata Imam. Syarikat Islam adalah bukti awal perjuangan waktu itu. Saat itu, kata Imam, ketuanya Rekso Menggolo dan dibantu oleh para anggotanya seperti Pak Kusir dan Pak Sambit.
Barulah saat Kiai Dahlan datang ke tempat itu, baik sebelum maupun saat tetirah, mampu menggerakkan masyarakat untuk beragama secara lebih baik. Tak heran jika setelah Kiai Dahlan wafat, sentuhan dakwahnya mampu menggerakkan tokoh dan masyarakat setempat untuk ber-amar makruf nahi munkar. ”Sehingga dalam kurun waktu yang tidak terlama, kegiatan-kegiatan seperti tindak asusila, mesum, sudah mulai hilang dari daerah Tosari.”
(Baca: Mengenang alm. Ustadz Mu’ammal Hamidy dan Perjalanan Dakwah Off Road ke Lamongan)
”Saat itu tempat ibadah masih belum ada. Sehingga, ketika melakukan shalat Jum’at, harus di rumah penduduk,” jelas Imam tentang ihwal pendirian masjid tersebut. Biasanya melakukan shalat Jum’at di samping rumahnya pak Inggi –sebutan Kepala Desa–, dan sebagai Khatib sekaligus Imam adalah Kiai Ahmad Dahlan, dengan Muadzinnya Pak Saiyan. ”Untuk memberikan semangat pada para jama’ah di Masjid tersebut, Dahlan setiap bulannya menyempatkan berkunjung ke Tosari,” tambah Imam.
Masjid yang didirikan Kiai Ahmad Dahlan itu, kini telah berusia lebih dari 90 tahunan sudah mengalami empat kali rehap: Pertama, pada tahun 1943 atap bambu diganti seng; kedua, tahun 1956 dari bangunan gedeg/sesek diganti bangunan kayu, dibangun kubah dan diperluas; ketiga, tahun 1972 kubah persegi empat dirubah menjadi seperti globe; dan keempat, rombak total dari bangunan sirap menjadi dinding dan tingkat dua.
Selanjutnya: Mumpung Masih Ada Kesempatan… halaman 3