PWMU.CO – Salah satu prinsip mengajar anak didik adalah harus berbasis kasih sayang. Sebaliknya, tidak boleh mengajar dengan perasaan gregetan atau perasaan dendam.
Pesan itu disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr KH Saad Ibrahim ketika membuka acara rapat koordinasi khusus (Rakorsus) Majelis Dikdasmen PWM Jatim di Aula Mas Mansyur Kantor Muhammadiyah Jatim Jalan Kertomenanggal VI/1 Surabaya, Sabtu (26/5/2018).
Kiai Saad mengatakan, Muhammadiyah menempatkan pendidikan sebagai ikon utama. Hal itu tidak lain bertujuan untuk mencerdaskan umat dan bangsa Indonesia.
“Semuanya itu dimaksudkan untuk menjunjung tinggi nilai dan kemanusiaan,” terangnya di hadapan 350 pimpinan sekolah, Ikwam dan perwakilan Majelis Dikdasmen PWM Jatim.
Dalam konteks menjunjung tinggi kemanusiaan itu, sambung dia, sekolah Muhammadiyah harus selalu mengajarkan nilai-nilai kasih sayang. Yakni arrahman dan arrahim.
Dosen Pascasarjana UIN Maliki Malang ini menuturkan, tugas para guru sekarang ini sebagian telah diambil oleh tokoh yang tidak tahu kapan lahirnya dan kapan matinya, tokoh itu bernama Google. “Anak-anak kita sekarang ini bisa mengambil ilmu pengetahuan langsung dari Google,” ungkapnya.
Lalu pertanyaannya adalah apa fungsi kehadiran guru sekarang ini? Saad menyatakan, seorang guru harus mampu menghadirkan dimensi kemanusiaan yang paling dalam kepada anak didiknya. “Kalau itu yang kita lakukan, maka para guru akan dirindukan kehadirannya oleh muridnya,” serunya.
Selain itu, lanjut dia, guru juga selalu diingat dan dihormati oleh anak didiknya walau sekian tahun kemudian. Itu karena yang dihadirkan guru adalah dimensi kemanusiaan yang paling dalam. Dengan begitu posisi ini tidak bisa digantikan oleh apapun.
“Nah, guru maupun dosen Muhammadiyah harus melakukan hal itu. Kita harus bisa membuat sketsa dimensi kemanusiaan dalam diri anak kita,” tandasnya. (Aan)