PWMU.CO-Mengisi suasana Lebaran, kader muda Muhammadiyah Desa Daun Sangkapura Bawean bersilaturahim kepada tujuh sesepuh generasi awal persyarikatan ini. Tujuh sesepuh tersebut adalah Pak Jamil, Pak Helmi, Pak Opar, Pak Narus, Pak Naje, Pak Nisi, Pak Siyebun Yamin. Mereka rata-rata berumur di atas 70 tahun.
Kunjungan ke rumah para sesepuh pendiri Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Daun itu dilaksanakan dua hari Senin-Selasa (18-19/6/2018). Kader muda yang ikut menyambung generasi ini pengurus Pemuda Muhammadiyah dan Lazismu Daun. Mereka didampingi Ketua PRM Sabhan.
Ketua PRM Sabhan mengatakan, silaturahim ini penting sebagai rasa hormat kepada sesepuh yang telah membuka jalan dakwah persyarikatan di pulau ini. ”Cerita pengalaman mereka di masa lalu bisa memotivasi semangat kader muda untuk berdakwah sekarang,” katanya.
Sewaktu bertamu ke rumah Pak Nisi, dia berpesan berdakwah itu tidak mengenal waktu, tempat, dan teman. “Walaupun hanya tinggal satu orang kader Muhammadiyah Daun, harus tetap memperjuangkan persyarikatan,” tegas Pak Nisi.
Pernyataan senada disampaikan Pak Jamil. ”Percaya diri dan percaya terhadap persyarikatan, baru kita bisa dipercaya masyarakat,” kata mantan ketua PRM Daun tersebut. “Jangan mencampurbaurkan masalah pribadi dengan masalah persyarikatan sehingga memengaruhi perjuangan dakwah,” yjar dia menambahkan.
Ketika berkunjung ke Pak Opar, dia berpesan, kader harus menjadi pemersatu, perekat jamaah bukan malah mencerai-beraikan jamaah dengan sikap arogan, menang sendiri, apalagi suka menyalahkan orang lain.
“Jaga perjuangan dan persatuan anggota persyarikatan. Jangan malah menjadi pemecah-belah anggota persyarikatan,” tuturnya. Dia menceritakan bagaimana Muhammadiyah dahulu didirikan bersama-sama kader lain dengan jumlah yang sedikit. Tapi karena kesungguhan dan regenerasi akhirnya bisa berkembang hingga kini.
Dia menyatakan bangga atas perkembangan Muhammadiyah Daun saat ini. Dia menghargai para kader sekarang yang bisa memajukan dakwah persyarikatan. “Rasanya, mimpi kami dahulu sudah menjadi kenyataan di masa sekarang,” kata Pak Opar sambil meneteskan air mata haru.
Sesepuh lainnya, Pak Narus, membagikan cerita betapa sulitnya mendirikan Muhammadiyah di masa awal. “Perjuangan mendirikan Muhammadiyah di Daun sangatlah mengerikan. Membangun masjid saja sampai tiga kali dilaporkan ke polisi dengan alasan yang bukan-bukan. Tujuannya hanya untuk menghambat pembangunan masjid,” terang Pak Narus.
Tapi perjuangan jalan terus, sambung dia. Pembebasan tanah selesai lalu masjid akhirnya berdiri. ”Kini Masjid Daun sudah direnovasi dan diresmikan kembali oleh Sekretaris PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti pada tahun 2015.
Ketua PRM Daun Sabhan mengatakan, bangga kepada para kaum muda ini. “Saya sangat bangga terhadap ide kader muda berkunjung ke sesepuh. Dengan kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat ini, kita bisa menjalin silaturahim serta bisa belajar tentang perjuangan dari mereka,” ungkap Sabhan yang juga sebagai wakil ketua di PCM Sangkapura.
Bagi kader muda acara seperti ini besar manfaatnya untuk menyambung semangat perjuangan dakwah. “Saya sangat senang bisa mendengar langsung bagaimana perjuangan mendirikan Muhammadiyah di masa lalu. Sungguh mengharukan. Tapi pengalaman itu memotivasi kami meningkatkan semangat kaum muda,” kata Rustam yang menjabat Bidang Fundrising Lazismu Kantor Layanan Daun.
Senada diungkapkan Wakil Ketua Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Daun Andry Sawafi. “Ternyata apa yang kami perjuangkan dan kami lakukan selama ini belum ada apa-apanya dibanding perjuangan sesepuh di masa lalu,” tuturnya. (Rahman Hakim)