PWMU.CO – Sejarah mencatat bahwa pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, wafat dalam usia tidak terlalu tua. Hanya 55 tahun, atau tepatnya 54 tahun 6 bulan 22 hari. Lahir pada 1 Agustus 1868, dia wafat 23 Februari 1923. Berusia muda dan hanya memimpin Muhammadiyah selama 13 tahun, tapi karyanya luar biasa hingga bisa disaksikan sampai hari ini.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Nadjib Hamid MSi dalam Tabligh Akbar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kedungkandang Kota Malang, Ahad Siang (19/8). Bertempat di Masjid Ki Ageng Gribig, jln Raya Gribig Madyopuro, Nadjib menguraikan karya Kiai Dahlan yang luar biasa.
“Kiai Dahlan usianya 55 tahun, tapi karyanya luar biasa dengan mendirikan, membangun, dan mengembangkan Muhammadiyah. Bahkan hingga saat ini masih bisa kita saksikan dan rasakan dampak positifnya, baik dampak aktifitas agama atau sosialnya,” jelas Nadjib Hamid.
Selanjutnya Nadjib Hamid membeberkan kunci sukses KH Ahmad Dahlan dalam mendirikan dan mengembangkan Muhammadiyah. Sehingga dia relatif bisa mengembangkannya dengan waktu yang cukup singkat. Pertama, ilmu yang mendalam.
“Jika kita sebagai warga Muhammadiyah tidak memiliki ilmu yang mendalam, maka akan kesulitan dalam hal apapun. Tapi jika memiliki ilmu yang mendalam, maka apapun masalah jadi mudah dan bisa diselesaikan,” jelas pria yang juga calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dalam Pemilu 2019 itu.
Kemudian Nadjib mengisahkan, sambil mencontohkan kisah KH Ahmad Dahlan saat menjawab pertanyaan sekaligus tuduhan kafir saat mengadakan sistem pendidikan menggunakan alat bantu meja kursi, dan sebagainya. “Mereka yang memiliki ilmu jika belum mendalam maka rasanya tidak kuat pemahamannya,” lanjut Nadjib Hamid.
Kedua, Nadjib menjelaskan bahwa dengan ilmu saja belum cukup untuk mengembangkan Muhammadiyah. Maka ilmu yang mendalam tersebut harus diamalkan secara riil dan kongkrit di tengah masyarakat. “Selanjutnya mengamalkan ilmunya. Jika ilmu yang tidak diamalkan maka ilmunya tidak ada gunanya,” katanya singkat.
Dalam mengamalkan ilmunya pun harus dengan keikhlasan, “Maka mengamalkan ilmunya pun harus dilakukan dengan rasa ikhlas, seperti yang dicontohkan oleh KH Ahmad Dahlan saat berdakwah, menyebarkan ajaran Islam,” paparnya.
“Dengan keikhlasannya, bahkan saat di awal-awal merintis pendidikan, KH Ahmad Dahlan rela menjual perabotan rumah tangganya untuk membiayai pendidikan yang ia rintis,” kisahnya.
Selain ketiga kunci itu, kesuksesan dakwah Kiai Dahlan melalui Muhammadiyah juga dikarenakan pergaulannya yang luas. Dengan keempatnya, dakwah yang dilakukan adalah dakwah menyentuh langsung persoalan masyarakat. Belajar ilmu secara mendalam, mengamalkan dengan ikhlas, dan pergaulan luas. (izzudin)