PWMU.CO – Salah satu fugsi puasa adalah mampu mengubah cara berpikir seseorang. Memang harus berubah, karena Alquran menegaskan bahwa muara dari semua aktivitas puasa berfungsi mengubah. Jadi puasa merupakan ibadah bimbingan pada perubahan atau transformatif.
Puasa sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah, dapat dan mampu mengubah diri Anda menjadi orang bertakwa: La‘allakum tattaqûn (Albaqarah ayat 183).
Coba kita renungkan, kalau latihan militer bisa mengubah seseorang yang asalnya lemah lembut menjadi keras dan kasar, maka latihan Ramadhan dapat mengubah seseorang yang tadinya fasik (banyak melanggar hukum Allah) atau munafik menjadi shaleh dan asketik.
Hal ini cukup logis kalau kita ingat bahwa puasa itu merupakan ibadah rahasia, bukan ibadah publik yang dapat disaksikan oleh orang lain seperti halnya shalat, zakat dan haji. Hanya Allah dan kita sendiri sebagai pelakunya yang mengetahui apakah kita berpuasa ataukah tidak.
Dampak transformatif puasa juga terkait dengan kecerdasan emosi. Daniel J. Goleman (1995) mengutip penelitian seorang psikolog terhadap sejumlah anak-anak TK usia empat tahun. Anak-anak ini dipanggil satu per satu oleh guru mereka ke dalam sebuah ruangan dan disuguhkan sepotong kue lezat di atas meja.
Sang guru berkata: “Bu Guru akan keluar sebentar dan kamu boleh makan kue ini, tetapi kalau kamu tunggu beberapa menit sampai Bu Guru datang, kamu akan dapat dua (ditambah sepotong lagi).”
Empat belas tahun kemudian, setamatnya mereka dari sekolah menengah, anak-anak yang dulunya langsung makan kue tersebut ditemukan rendah prestasinya, labil emosinya, cenderung suka bertengkar, dan sulit mencapai target yang dikehendaki.
Sementara mereka yang sabar menunggu sampai Bu Guru datang dan karena itu mendapat imbalan dua potong kue, ditemukan lebih baik prestasinya, mempunyai emosi yang stabil, lebih berdikari, dan mampu mengendalikan diri dalam keadaan tertekan sekalipun.
Begitu pula orang seperti Imam As-Syafi‘i Imam al-Bukhori, para ulama, dan para ilmuwan yang hebat hebat itu meraih kesuksesan, di antaranya dengan sering sering berpuasa. (*)
Kolom Ramadhan bersama Dr Syamsuddin MA, Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.