PWMU.CO-Rajab dikenal sebagai bulan yang dimuliakan Allah yang di dalamnya ada peristiwa Isra Mikraj. Sebab di bulan itu Nabi Muhammad saw menerima perintah shalat.
Demikian disampaikan KH Khoirul Huda dalam pengajian Jumat Pagi yang membahas keutamaan bulan Rajab itu diadakan Majelis Tabligh PCM Babat di Masjid Taqwa, Jumat (6/3/2020).
Khoirul Huda mengatakan, shalat merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan, maka harus dijaga. ”Dalam surat al-Baqarah ayat 238 menyebutkan, jagalah semua dan jagalah shalat wustha. Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu,” jelasnya.
Dia menyebutkan, shalat wustha yang perlu dijaga itu, pertama shalat Subuh. Sebagainana hadits berpagi-pagilah karena sesungguhnya Subuh itu lebih besar pahalanya bagi kalian.
”Karena shalat Subuh pahalanya besar, maka hendaklah menjadi pejuang Subuh, sebagaimana sekarang semarak melaksanakannya, dengan istilah shalat Subuh berjamaah,” tuturnya.
Kedua, dia mengatakan untuk menjaga shalat, hendaknya tidak tidur sebelum Isya. Hal ini agar shalat Isya tidak terlewati, bahkan ada hadits yang menyatakan tidak boleh berbincang-bincang sesudahnya.
”Hadits dari Abi Bazar menceritakan, Nabi Muhammad saw tidak suka tidur sebelum Isya dan berbincang-bincang sesudahnya,” terangnya.
Mengutip pendapat Imam Nawawi, dia menjelaskan, kalau terbiasa mengakhirkan shalat Isya yang dilanjutkan shalat tahajud, tidakkah makruh, demikian juga bila bincang-bincang itu bermanfaat.
Shalat Mencontoh Nabi
Ketiga, sambung dia, shalat itu hendaknya sesuai dengan contoh Rasulullah saw. Dia menceritakan asbabun nuzul ayat 238 surat al-Baqarah, Nabi saw shalat Duhur di waktu hari sangat panas. Pada waktu itu shalat dilaksanakan di alam terbuka sehingga terasa sangat menyengat di kulit. Shalat seperti itu sangat berat dirasakan oleh sahabat-sahabat. Maka turunlah ayat ituyang menyuruh melaksanakan shalat bagaimanapun beratnya.
Dia juga menyampaikan asbabun nuzul riwayat lainnya. Pada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam ada orang-orang yang suka bercakap-cakap dengan kawan di sampingnya di saat mereka shalat. Maka turunlah ayat ini yang memerintahkan supaya diam pada waktu sedang salat, dan melarang bercakap-cakap.
Penasihat PCM Babat itu menjelaskan, Allah memberi kekhususan dengan memberikan penekanan pada shalat wustha. Para ulama, baik salaf maupun khalaf berbeda pendapat maksud shalat wustha.
”Pendapat pertama, ada yang mengatakan, shalat wustha itu shalat Subuh. Pendapat kedua, mengatakan shalat wustha adalah shalat Duhur. Pendapat ketiga menyatakan, shalat wustha itu shalat Ashar. As-Sunnah telah menetapkan shalat wustha adalah shalat Ashar,” katanya.
Kemudian dia membahas hikmah shalat sebagaimana dalam surat Al Ankabut : 45. “Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar,” tandasnya.
Dia bercerita, Prof Dr Hamka menerangkan tujuan berwudhu bukan hanya yang lahir, tapi juga membasuh muka yang terdiri mata, telinga, hidung, sama dengan membasuh dosa karenanya. Membasuh tangan, maknanya dosa yang dilakukan tangan tercuci, demikian juga membasuh kaki.
”Pengaruh wudhu dan shalat harus menjadi perilaku. Jika kita masih berbuat keji dan munkar, padahal sudah shalat berarti shalatnya belum diterima Allah,” ujarnya mengakhiri penjelasan keutamaan bulan Rajab. (*)
Penulis Hilman Sueb Editor Sugeng Purwanto