4 Ribu Jejak Pengunjung Online Pecahkan Euforia Big Sale 4.4 Berlian School.
PWMU.CO – Selasar penghubung gedung baru dan gedung lama Berlian School kali ini tampak lebih ramai. Empat meja dan kursi berjajar rapi dengan jarak setiap “pos meja” sekitar 1,5 meter.
Di setiap pos, dua sampai empat koordinator kelas I sampai V—sebagai perpanjangan tangan Ikwam ke semua wali siswa—siap menjajakan aneka menu yang dipasok wali siswa kelasnya.
Masing-masing koordinator dari setiap jenjang kelas— lengkap dengan maskernya—menjajakan 20 menu makanan dan minuman. Begitulah ketika berlangsung Big Sale 4.4 Berlian School.
Kepada PWMU.CO, Koordinator Kemahiran Hidup Berlian School Fatma Hajar Islamiyah SPd menerangkan, Big Sale 4.4 merupakan kegiatan berbasis entrepreneur bagi siswa. Pada pelaksanaannya tentu melibatkan orangtua, terutama dalam membuat makanan atau minuman untuk dijual pada acara puncak Gebyar Karya Berlian (GKB) 4.4, Sabtu (3/4/21) pagi.
Serba Rp 4.400
Memadukan sistem belanja preorder (pesan dulu) dengan pembayaran di tempat secara terbatas, 1.448 item pesanan ludes dalam Big Sale 4.4 ini. Sesuai dengan nama kegiatannya, semua item dijual dengan harga Rp 4.400.
Item terfavorit pada bazar kali ini—yang memecahkan rekor penjualan terbanyak—adalah tahu bakso dan pempek dengan total penjualan 319 buah. Kemudian, beberapa item favorit selanjutnya adalah puding, donat pop, pizza kelor, dan es manado.
Panitia telah mencium jejak euforia para pengunjung sejak menutup masa preorder dua hari sebelumnya, Kamis (1/4/21). Aplikasi belanja daring Tokoko.id telah mencatat jejak digital 4.395 pengunjung dengan ratusan paket pesanan.
Selama empat hari masa preorder —mulai Senin (29/3/21) hingga Kamis—pengunjung aktif mengintip dan memesan aneka menu makanan maupun minuman di toko itu. Tidak hanya siswa dan wali siswa, tetapi juga para guru SD Muhammadiyah 2 GKB (Berlian School).
Adapun penjualnya adalah perwakilan wali siswa kelas I-V yang dihimpun panitia secara terbuka di WhatsApp Group kelas masing-masing. Selama lima hari (22-27/3/21), panitia—sinergi pengurus Ikatan Wali Murid (Ikwam), Koordinator Kelas, dan pihak sekolah di bawah bidang Kemahiran Hidup—mengajak wali siswa berpartisipasi memasok dagangannya.
Apresiasi Big Sale 4.4
Dalam sambutannya, Kepala Berlian School Fauzuddin Ahmad SPd mengapresiasi kegiatan ini. “Alhamdulillah kegiatan ini selain melatih entrepreneurship (kewirausahaan) siswa, juga membangkitkan dan membantu ekonomi wali siswa yang terdampak pandemi, ya meski nggak semuanya terdampak,” ujarnya.
Bahkan Ahmad—sapaan akrabnya—berharap panitia kembali mengagendakan kegiatan serupa sebagai program rutin bulanan dari Bidang Kemahiran Hidup. Dengan begitu, maka harapannya bisa memfasilitasi lebih banyak wali siswa yang aktif berpartisipasi menjual dagangannya.
Hal ini sejalan dengan apresiasi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Nur Hamidah SPd. Meskipun Big Sale 4.4 pada puncak GKB 4.4 merupakan agenda bazar pertama selama pandemi berlangsung, tapi dia bersyukur sukses menggelar kegiatan ini bersama segenap tim panitianya.
“Dengan mengusung konsep bazar online, kegiatan ini bertujuan menghindari kerumunan dan mengurangi intensitas bertemu antarwali siswa, sehingga mereka (yang) sudah melakukan preorder tinggal mengambil ke sekolah,” tambahnya kepada PWMU.CO, Sabtu (3/4/2021).
Kondusif
Mida—sapaan akrab Nur Hamidah—juga merasa lega melihat kegiatan pembayaran dan pengambilan barang di Berlian School yang dibagi menjadi tiga sesi ini berjalan kondusif. “Kami buatkan satu jalur untuk menghindari kerumunan,” ujarnya.
Sesi pertama untuk siswa kelas I-III, sesi kedua untuk siswa kelas IV-V, dan sesi terakhir untuk para guru. Mengingat tidak semua siswa ikut hadir mengambil barang pesanan di sekolah, maka panitia juga menyiarkan langsung melalui Zoom Meeting.
Selain itu, panitia juga menyiapkan area kasir sehingga arus pembayaran berjalan lancar. Seorang guru bertugas memverifikasi pembayaran dari aplikasi Tokoko.id, seorang lainnya fokus mencari kupon berurutan sesuai abjad namanya, sementara seorang lainnya bertugas menerima uang pembayaran.
Meski sudah berjalan kondusif, panitia tetap menugaskan seorang guru untuk mengendalikan jalur menuju area kasir. Ika Methasari SPd berdiri sekitar dua meter di titik sebelum meja kasir. Ia memantau jika sudah ada tiga pembeli yang mengantre di titik-titik depan meja kasir, maka ia memberhentikan pengunjung di baris selanjutnya.
“Sebentar ya Bunda, silakan ditunggu dulu. Setelah ini baru melakukan pembayaran di kasir, kemudian mengambil barang di pos-pos yang sudah tertera nama menunya, sesuai dengan kupon,” ujarnya menjelaskan kepada pengunjung.
Menurut Fatma, hal ini juga terlaksana karena tingginya kesadaran para pengunjung terhadap protokol kesehatan. “Mungkin karena sudah setahun pandemi, jadi mereka sudah terbiasa menerapkan disiplin protokol kesehatan,” komentarnya.
Strategi Lelang Jelang Detik Terakhir
Koordinator Ikwam Divisi Lingkungan Hasmiati lega acara sinergi ini berjalan lancar. Padahal, ia dan panitia lain sempat was-was menjelang detik terakhir bazar Big Sale 4.4.
Sekitar pukul 10.58 WIB, masih ada beberapa item makanan dan minuman di meja penjualan, sedangkan batas waktu penjualan hanya sampai pukul 11.00 WIB. Pasalnya, para penjual menyajikan item sesuai jumlah pesanan di aplikasi selama masa preorder. Artinya ada beberapa pengunjung yang belum mengambil barang pesanannya.
Mengingat sistem pembayarannya langsung di tempat sebelum mengambil pesanan, Mia—panggilan akrab Hasmiati—memikirkan nasib para penjual. “Kami lihat kasihan sudah capek menunggu dan kasihan jika ada sisa, padahal itu sudah dipesan,” ungkapnya melalui obrolan WhatsApp, Ahad (4/4/2021).
Lantas dia bersama para pengurus Ikwam lainnya berinisiatif mengambil strategi lelang. Dengan sigap, mereka melelang beberapa aitem yang belum juga diambil pemesannya. Para wali siswa dan guru yang memperoleh jadwal berkunjung siang itu antuasias menyambutnya.
Dalam hitungan detik, Mia mengungkap semua item ludes terjual. “Ahamdulillah tidak ada (yang rugi), pada bersedia membeli jadi terjual semua. Saya acungin jempol pokoknya buat Berlian School,” ujarnya.
Bahkan beberapa guru yang ikut menyerbu, berniat membeli on the spot (langsung beli tanpa pesan dulu), sudah kehabisan.
Belanja sambil Berinfak
Belajar dari kejadian ini, Mia berharap, jika bulan depan kembali menyelenggarakan kegiatan serupa, sebaiknya langsung melakukan pembayaran saat memesan (masa preorder ) di aplikasi.
“Untuk antisipasi barang yang sudah dipesan tidak diambil, kalaupun misalnya tidak diambil, maka penjual tidak rugi karena barang sudah dibayar,” tutur bunda dari Evan Abhista Kamiludaffa itu.
Ia juga menerangkan bahwa panitia akan menyerahkan kembali seluruh hasil penjualan ke wali murid yang memasok item dagangannya. “Akan kembali ke wali murid yang menjual, tanpa potongan sepeser pun baik dari sekolah maupun ikwam,” ujarnya.
Fatma, penanggung jawab kegiatan, juga membenarkan dan bersyukur. Sebab, setelah dihitung tidak ada kerugian, malah ada kelebihan uang kembalian. Sebab, saat proses pembayaran, beberapa wali siswa banyak yang mengikhlaskan kembaliannya.
“Katanya ‘masuk infak mawon (saja) ustadzah,’ gitu,” ujarnya menirukan wali siswa yang sedang membayar.
Untuk itu, lanjutnya, insyaallah kelebihan uangnya masuk infak sesuai amanah. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni