PWMU.CO – Ujian terberat dalam hidup manusia diungkapkan oleh Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik, Dra Khoiriyah. Tema yang dia angkat Nikmatnya Ujian Hidup.
Dia menyampaikan hal itu dalam Kajian Islam yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Kecamatan Menganti, di Masjid Al-Iman, Boboh, Ahad (15/10/2023).
Di awal kajiannya, Khoiriyah mengutip surat al-Baqarah ayat 155-156 yang artinya: “Allah bersumpah kepada orang-orang beriman bahwa Dia akan menguji mereka dengan beberapa jenis cobaan; seperti rasa takut dari musuh, kelaparan, kehilangan harta benda, kehilangan orang-orang yang dicintai, dan kekurangan buah-buahan.”
“Semua itu adalah ujian hidup”, ungkapnya. Ada tiga macam ujian hidup manusia. Pertama adalah ujian ketakutan. Kedua ujian kelaparan. Ketiga ujian kekurangan.
“Ujian yang diberikan kepada kita semua ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ujian para nabi karena ujian terberat adalah ujian para nabi,” ujar Khoiriyah. Kunci dalam menghadapi ujian dari Allah adalah dengan bersabar. Karena sebenarnya ujian itu adalah bentuk kasih sayang yang diberikan Allah kepada hambanya.
Dia mencontohkan salah satu ujian para nabi yang diabadikan dalam al-Quran yaitu Nabi Ayub.
Dia nabi yang memiliki banyak keberkahan dalam hidup. Seseorang yang kaya raya, memiliki harta berupa lahan perkebunan yang luas, lumbung gandum, dan perkebunan yang banyak dan juga memiliki ribuan hewan ternak.
Selain itu, Nabi Ayub juga memiliki istri yang mencintainya dan memiliki keturunan yang banyak. Tetapi, semua yang dimiliki Nabi Ayub diambil oleh Allah darinya satu per satu sebagai bentuk ujian yang datang dalam hidupnya.
Ujian pertama adalah hartanya diambil. Nabi Ayub yang tadinya kaya raya menjadi jatuh miskin. Seluruh kekayaannya musnah. Kemudian ujian selanjutnya adalah satu per satu anaknya meninggal dunia dan tak bersisa satu anak pun.
Lalu ujian yang paling lama dialami oleh Nabi Ayub adalah sakit gatal-gatal di seluruh tubunya selama delapan belas tahun. Bahkan istrinya yang selama ini selalu mendampinginya pergi meninggalkan Nabi Ayub karena tidak tahan dengan baunya.
Baca sambungan dinhalaman 2: Sabar, Kunci Ujian