PWMU.CO. Kembar itu, serupa tapi tak sama. Kontributor PWMU.CO ini contohnya. Memiliki nama lengkap Ria Eka Lestari dan Ria Pusvita Sari, mereka sering membuat orang bingung membedakan. Begitu pula alasan jatuh cintanya pada Pandu Hizbul Wathan (HW) pun tak jauh berbeda.
Mengawali jenjang perkaderannya di Ikatan Remaja Muhammadiyah (baca: Ikatan Pelajar Muhammadiyah) tahun 2011, kembar identik ini melanjutkan kaderisasi diri ke Nasyiatul Aisyiyah (NA atau Nasyiah) tahun 2009.
Dalam tiga tahun terakhir ini, duo kembar itu mengaku suka Hizbul Wathan (HW) yang baru mereka kenal saat bergabung dengan SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik.
Ditemui di SDMM, Jumat (12/1/18), si kembar yang lahir di hari yang berbeda ini sibuk mempersiapkan pembentukan HW Kwartir Cabang (Kwarcab) Manyar, Gresik.
Bersama panitia pembentukan lainnya didampingi “Gubernur” HW Jawa Timur M Harun Rosyid, segala persiapan teknis maupun materi didiskusikan demi kelancaran kegiatan yang akan digelar di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 2 Karangrejo, Manyar, Gresik pada Sabtu (27/1/18) mendatang.
Tari—panggilan akrab Ria Eka Lestari—mengaku senang HW karena pandu itu ‘udik’ alias unik dan mendidik.
“Pertama terjun di HW itu kaget karena banyak perubahan dalam diri saya. Saya banyak belajar dari alam. Saya belajar tertib dan syukur dari alam. Bahkan belajar berkompetisi pun dari alam,” ungkapnya.
Serupa dengan saudara kembarnya, Ria Pusvita Sari yang biasa disapa Vita ini menyampaikan belum pernah ikut HW sejak sekolah di SD sampai SMA.
“Saya baru kenal HW ketika masuk di SDMM sebagai guru, lalu ikut Pelatihan Jaya Melati 1. Sejak itu mulai falling in love sama HW, karena baru merasakan bahwa di HW kita bisa melakukan apa aja yang kita bisa,” tuturnya.
Vita mengungkapkan HW memfasilitasi segalanya, bahkan untuk pandu yang belum tahu apa-apa tentang ilmu kepanduan.
“Di HW kita bisa belajar masak, seperti ketika camp Jaya Melati 1 di Buper Muhammadiyah Development and Training Center Panceng Gresik itu yang paling terkenang sampai saat ini,” jelasnya.
Kalau di sekolah, tambahnya, bila sedang penat saya pasti gabung dengan anak-anak HW. Bisa nyanyi, maen game, dan lain-lain.
Perempuan yang lahir di penghujung tahun 1984 itu menceritakan, dulu sering merasa ‘jijik’ jika bersinggungan dengan alam.
“Mungkin karena lingkungan perumahan sejak kecil, segala yang dibutuhkan selalu terfasilitasi di rumah. Tapi sejak pelatihan Jaya Melati 1, saya mulai sadar segalanya. Melihat teman-teman yang pintar masak, bagaimana caranya cuci piring di alam, tidur di tenda, bertahan dengan kondisi yang seadanya, wis pokoknya HW banget,” jelasnya.
Menjelang pendirian Kwarcab HW Manyar, banyak harapan dan impian yang dirasakan oleh Tari dan Vita.
“Insyaallah saya siap membantu dengan segala keterbatasan wawasan kepanduan yang saya miliki. Saya ingin Kwarcab HW Manyar bisa turut berkontribusi dalam geliat dakwah persyarikatan, lahir pandu-pandu berkemajuan,” harap Tari.
Sementara itu, Vita ingin falling in love with HW yang dia rasakan, bisa menular ke orang lain.
“Semangat sedikit bicara banyak bekerja itu yang ingin saya imbaskan di banyak orang, khususnya HW. I can’t help falling in love with you HW,” ujar Vita.
Selamat, kontributor kembar! Sedikit bicara, banyak bekerja. Sedikit bicara, banyak nulis berita. He-he-he…. (MHR/TS)