Panduan Menulis Cerita via Permainan ditulis oleh Ichwan Arif, guru SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik (Spemdalas), penulis buku Merawat Singa Kreatif.
PWMU.CO – Melatih menulis cerita pada anak bisa melalui permainan. Hal ini lebih efektif supaya anak merasa enjoy dan nyaman. Mumpung dia sedang belajar mandiri di rumah.
Esensi yang paling signifikan dari permainan ini adalah team work antara anak dan orangtua. Orangtua harus memosisikan sebagai mitra, teman.
Orangtua menempati posisi sebagai pengarah, memprovokasi, membimbing, sehingga permainan nantinya menjadi lebih berarti (meaning full).
Yang perlu diingat, jangan sampai gairah permainan malah mematikan kreativitas. Anak-anak hanya menghabiskan waktu bermenit-menit, berjam-jam tanpa adanya integritas antara thing, say, dan do yang mereka lakukan.
Permainan harus memiliki muatan edukasi. Ketika anak bermain pasar-pasaran, orangtua bisa menempatkan diri sebagai teman. Lebih dalam lagi, orangtua bisa menyisipi dan mengalirkan pelajaran matematika, bahasa, ataupun sosial.
Mulai dari proses hitung jual beli, bahasa pembeli dan penjual, dampai proses tawar-menawarnya. Tapi, yang perlu diingat, jangan sampai campur tangan malah mengganggu yang berakibat anak malah suntuk atau marah.
Melatih menulis cerita tidak perlu dibayangkan sesuatu yang rumit atau njlimet. Mulai dari tema, alur, setting, gaya bahasa, sampai dengan suasana cerita.
Fokus dalam melatih menulis cerita adalah mengolah kemampuan olah fantasi dan imajinasi. Kemampuan ini bisa didapat melalui permainan. Ini adalah stimusinya.
Catatan penting dalam trik ini adalah orangtua harus berani ngudang anak, dalam bahasa Jawanya. Hal ini supaya anak memiliki keberanian berfantasi dan berimajinasi.
Selain itu, jangan lupa, setelah permainan selesai dilakukan, orangtua harus bermurah diri dalam memberikan apresiasi. Rayakan permainan dengan kata-kata: luar biasa; bagus; tulisanmu ok; atau sejenisnya.
Tiga Permainan untuk Stimulasi
Orangtua harus mampu mengalirkan rasa dalam permainan anak. Orangtua memosikan sebagai fasilitator sekaligus motivator yang mampu mengilhami anak selama permainan berlangsung.
Berikut permainan-permainan sederhana yang bisa dipakai orangtua dalam melatih anak dalam menulis cerita.
Pertama: Akhirnya Datang Juga
Permainan ini hanya membutuhkan dua atau lebih gambar. Bisa objek binatang atau tumbuhan yang disukai anak.
Langkah permainannya: pertama anak diberikan keleluasaan dalam menerjemahkan dan mengekspresikan gambar sesuai dengan imajinasinya.
Kedua, dalam proses penulisan, disarankan anak menggunakan dua karakter yang berbeda dan identitas diri tokoh yang disukai. Nama, watak, kegemaran, ciri khas tokoh, usia, sampaikan alamatnya.
Ketiga, gunakan narasi dalam bentuk dialog antartokoh. Semisal ada gambar pohon jeruk dan pohon apel.
Pohon Apel dan Pohon Jeruk terlihat bercengkrama sederhana. Dari wajahnya terlihat sangat ceria.
“Selamat pagi, Pohon Jeruk?” sapa Pohon Apel, singkat.
“Selamat pagi juga,” jawab Pohon Jeruk.
Keduanya berjabat tangan, riang.
“Pohon Jeruk, berapa buahmu?”
“Alhamdulillah ada 30 buah, kamu berapa?”
“Baru 18 buah.”
“Berarti kamu masih bisa berbuah lagi dong.”
“Oh, ya benar Pohon Jeruk, doakan ya.”
Bisa juga dengan objek gambar lain. Supaya lebih seru, bisa digunakan dua karakter yang berlawanan sehingga bisa memunculkan konflik dalam cerita nantinya.
Kedua: Keluargaku Tercinta
Media permainan ini berupa foto keluarga. Ambil foto yang di dalamnya ada foto si anak. Hal ini bisa dijadikan kunci bisa melibatkan dia dalam cerita lebih seru dan menarik.
Tempel foto di kertas karton, setelah itu beri judul besar dengan kalimat: Liburan Keluarga. Ketika sudah tertempel, foto tadi beri empat cabang yang digunakan sebagai sumber dalam mengurai isi cerita. Mirip mind map.
Cabang pertama, mengunjungi nenek, belanja di Malioboro, pergi ke Parangtritis mengunjungi Taman Pintar. Setelah itu, motivasi anak supaya bisa bercerita dengan bahasanya tentang cabang-cabang tadi.
“Hampir satu tahun aku tidak mengunjungi nenek di Yogya. Rasanya kangen sekali. Melihat sawah, itik di belakang rumah. Malamnya, aku dan kakak berjalan-jalan ke Malioboro beli cenderamata.
Ahad pagi, bersama orangtua melihat pantai Parangtritis. Bermain sepak bola di pasir putih dengan ayah dan kakak. Asyik sekali. Siangnya, sekitar pukul 13.00 bersama-sama mengunjungi Taman Pintar. Liburan kali ini sangat mengasyikan.”
Ketiga: Monopoli Mimpi
Alat permainannya kertas monopoli. Media yang diciptakan Charles Darron ini biasa dimainkan anak, bahkan orang dewasa.
Inti permainna ini adalah role play, bermain peran. Menjadi orang kaya mendadak dan bisa memberi barang yang disukai.
Teknisnya, anak harus mencatat semua yang dialami dalam wahana monopoli. Mengunjungi tempat, bepergian, membeli, menginap, bahkan berselancar di pantai.
Anak diperbolehkan menceritakan satu objek yang sangat berkesan atau menggabungkan beberapa objek menjadi rangkaian cerita.
“Ombak Pantai Kuta terdengar ketika sapuan angin menerpa wajahku. Terik matahari semakin menyilaukan mata. Aku beranjak dari tempat duduk. Mengambil papan selancar yang sejak tadi diam membisu.
Kulangkahkan kakiku menuju bibir pantai. Aku pun mencoba memainkan papas selancar. Ombak membawaku melintasi permukaan pantai. Begitu mengasyikan. Inilah pengalaman berdiri di atas papa selancar bersama ombak biru di Pantai Kuta.”
Tiga permainan tersebut bisa menjadi alternatif melatih menulis cerita pada anak-anak kita di sela-sela belajar mandiri di rumah. Maka #dirumahaja bisa lebih bermakna ketika anak-anak kita bisa belajar menulis cerita.
Ayo, kita coba. Jadi orangtua dan teman anak-anak dalam belajar menulis cerita di rumah di kala wabah Covid-19 ini.
Semoga panduan menulis cerita via permainan ini bermanfaat! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.