
Refreshing dengan Rihlah Mikraj ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Refreshing dengan Rihlah Mikraj ini berangkat dari hadits riwayat Muslim:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ قَالَ فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ …ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى السِّدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلَالِ قَالَ فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَ تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَنْعَتَهَا مِنْ حُسْنِهَا…رواه مسلم
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Aku telah didatangi Buraq. Yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bighal. Ia merendahkan tubuhnya sehingga perut Buraq tersebut mencapai ujungnya.’
Beliau bersabda lagi: ‘Maka aku segera menungganginya sehingga sampai ke Baitul Maqdis.…Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar seperti telinga gajah dan ternyata buahnya sebesar tempayan.’
Beliau bersabda: ‘Ketika beliau menaikinya dengan perintah Allah, maka sidrah muntaha berubah. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya karena indahnya…'”
Al-Isra dan al-Mikraj
Al-isra adalah perjalanan Nabi Muhammad dari al-Masjid al-Haram di Makkah al-Mukarramah menuju al-Masjid al-Aqsha atau al-Baitul Maqdis di Palestina.
Dalam perjalanan ini Rasulull;ah mengenadari Buraq yaitu seekor binatang yang berwarna putih, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bighal. Dinamakan Buraq di antaranya ada pendapat karena memiliki kecepatan yang seperti kilat menyambar atau kecepatan cahaya.
Al-mikraj adalah perjalanan Nabi Muhammad yaitu melanjutkan dari al-Baitul Maqdis menuju langit ke tujuh sampai as-Sidratul Muntaha. Ini merupakan peristiwa yang besar yang sekaligus sebagai mukjizat untuk Rasulullah SAW:
سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (al-Isra: 1)
Amul Huzn
Peristiwa Isra Mikraj merupakan bagian dari tahun kesedihan (amul huzn) yang dialami oleh Nabi. Beliau ditinggal oleh dua orang yang sangat dicintainya, yaitu Khadijah istri beliau tercinta dan paman beliau Abu Thalib. Dan lebih menyedihkan beliau adalah paman beliau itu meninggal dalam keadaan kafir.
Peristiwa meninggalnya dua pembela dakwah Nabi SAW di tengah semakin hebat perlawanannya kaum kafir Quraisy membuat Nabi bersedih. Akhirnya beliau di-isramikraj-kan oleh Allah SWT. Akan tetapi dalam sejarah masih terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama kapan terjadinya tepatnya peristiwa itu terjadi. Ada yang berpendapat pada tanggal 27 Rajab, ada yang menyebut 27 Sya’ban. San juga ada yang menyebut 17 Ramadhan.
Refreshing dengan Rihlah Mikraj
Isra Mikraj merupakan peristiwa dalam rangka Allah menunjukkan keluarbiasaan ciptaan-Nya. Semua yang ada di alam semesta ini menakjubkan tanpa kecuali, menunjukkan bahwa Allah Maha Pencipta dan Allah Maha Besar dan Maha Agung serta Maha Sempurna. Tiada sedikitpun ada yang cacat atau tidak sempurna.
Hadits di atas merupakan cuplikan dari hadits yang panjang yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Pada intinya Rasulullah menerima perintah untuk menjalankan shalat yang lima waktu. Sebegitu pentingnya sehingga Allah mengehendaki dengan terjadinya Isra Mikraj pada Rasulullah SAW.
Pada peristiwa ini di antaranya yang berpendapat bahwa yang di-isramikraj-kan adalah ruh beliau saja. Akan tetapi secara masyhur para ulama sepakat bahwa pada perjalanan isra dan mikraj yang dialami rasulullah adalah ruh dan jasad beliau sekaligus.
Indahnya Sidratul Muntaha
Dalam hadits di atas as-Sidratul Muntaha digambarkan sebagai tempat yang begitu indah penuh pesona. Mengagumkan bagi siapa saja yang dapat melihatnnya. Subhanallah! Maha suci Allah. Suatu keindahan yang tidak ada seorangpun mampu mendiskripsikannya karena saking indahnya.
Hal ini menjadi inspirasi bagi kaum Muslimin untuk melakukan rihlah dalam rangka melihat keindahan alam Semesta. Sekali lagi semua ciptaan-Nya adalah indah dan sempurna. Akan tetapi karena kejadian yang sudah sering disaksikan, maka semua yang terlihat itu seolah biasa-biasa saja.
Padahal sesungguhnya tidak ada yang biasa-biasa saja, akan tetapi sungguh semua itu adalah luar biasa, jika dipandang dengan iqra’ bismirabbikalladzi khalaq: bacalah! Dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan.
Tiada kejadian di dunia ini bagi seorang Mukmin yang luput dari kasih sayang Allah. Semua peristiwa yang dialami oleh seorang mukmin—apapun bentuk kejadiannya–semua itu mengandung kasih sayang Allah yang sangat besar.
Maka kita wajib selalu bersyukur dan berbahagia. Alhamdulillahi ‘ala kulli hal, segala puji bagi Allah atas segala keadaan. Wallahu a’lam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Refreshing dengan Rihlah Mikraj adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 25 Tahun XXV, 12 Maret 2021/28 Rajab 1442.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.