Ikhtiar, Insyaallah Ada Jalan Keluar! Oleh Pudji Pertiwi, pensiunan aparatur sipil negara (ASN) dan tinggal di Jakarta.
PWMU.CO – Sehat dan sakit adalah bagian dari berbagai pasangan yang ada di dunia ini. Semua bentuk pasangan itu bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Jika kita diuji dengan sehat, banyak bersyukurlah dan giatkanlah amal shalih. Andai kita dicoba dengan sakit, bersabarlah dan berusahalah untuk mengobatinya.
Negatif, tapi …
Putri kami yang ketiga, saat berusia tujuh tahun, pernah menderita keputihan. Gangguan kesehatan itu berlangsung lama, berbulan-bulan. Warnanya hijau dan menggumpal.
Atas hal itu, tentu saja kami—terutama saya sebagai seorang ibu—bingung. Sedih sekali, sebab waktu itu putri kami baru kelas II madrasah ibtidaiyah (seringka sekolah dasar).
Sebagai bentuk ikhtiar, sudah saya bawa berobat ke dokter anak. Sayang, tidak ada perubahan. Terus, saya bawa ke dokter kebidanan, tetap saja tidak sembuh juga.
Lantaran sangat bingung, sampai si putri kami bawa ke sebuah yayasan kanker. Kami bawa ke lembaga itu antara lain karena kebetulan lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal kami.
Saya minta anak saya di-pap smear biar ketahuan keputihannya itu berbahaya atau tidak. Sementara, seharusnya untuk anak gadis dan anak di bawah umur tidak boleh dilakukan pap smear. Tapi karena saya memaksa dan mengemukakan alasan yang cukup, akhirnya petugas pengambil sampel mengizinkan.
Alhamdulillah, hasilnya normal. Meski kami syukuri hasil tes pap smear itu, kami masih penasaran: Mengapa sakit anak saya tidak kunjung sembuh? Sudah enam bulan lebih penyakit itu.
Kiat Sahabat
Kami bersyukur karena sejauh ini si anak tidak mengeluh sakit. Meski begitu, mengetahui keadaan yang tidak normal tersebut, kami sebagai orangtua tentu tidak bisa tenang.
Dalam perkembangannya, bersyukur sekali saya termasuk orang tidak suka memendam suatu masalah. Terkait penyakit anak, di setiap ketemu teman maka saya ceritakan masalah anak saya tersebut.
Lewat cara itu, alhamdulillah Allah memberi solusi. Caranya sederhana, yaitu lewat percakapan saya dengan salah satu teman kantor. Kala itu saya masih aktif sebagai ASN. Beliau seorang dokter.
Teman kantor itu menyarankan untuk cebok dengan daun sirih. Caranya, daun sirih yang masih segar diremas dan dimasukkan ke air yang sedang mendidih. Setelah itu kompor langsung dimatikan. Hasilnya, dipakai untuk cebok saat masih hangat-hangat kuku.
Alhamdulillah, hanya dengan cebok air sirih keputihan putri kami sembuh. Tak ada gangguan seperti itu lagi sampai sekarang, ketika usianya sudah 24 tahun.
Semoga apa yang kami alami bagian dari rezeki Allah yang datang secara tak disangka-sangka. Rezeki itu, semoga sebagai buah dari beragam ikhtiar yang memang diajarkan oleh Allah dan Rasul-nya. Rezeki itu, semoga sebagai buah dari silaturrahim dengan sesama. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni