PWMU.CO – Prof Thohir Luth mengatakan Nadjib Hamid itu energik, militan, dan sangat mengutamakan persyarikatan dari pada kepentingan pribadi.
“Saya kira, beliau adalah sosok langka yang ada di Muhammadiyah,” ujarnya.
Kepedulian Nadjib Hamid kepada kader sangat tinggi. Bahkan terakhir sebelum masuk rumah sakit, meminta anak angkatnya untuk khutbah di Gresik.
“Ini salah satu wujud kepedulian beliau terhadap kader,” ujarnya saat pemakaman, Jumat (9/4/21).
Komitmen pada Muhammadiyah
Prof Thohir mengatakan Nadjib Hamid memiliki komitmen pada Muhammadiyah melebihi kepentingan pribadi dan keluarga. Salah satunya diwujudkan dalam memajukan media yang ditangani.
“Majalah Matan sangat sukses dan PWMU.CO diakui secara nasional. Kalau menurut saya, mencari sosok seperti beliau juga belum nemu dan butuh waktu untuk proses kaderisasi,” jelasnya.
Sempatkan Edit Buku
Prof Thohir mengungkapkan sebelum meninggal, Nadjib Hamid melakukan pengeditan buku. Sudah sepekan dikerjakan dan rata-rata minimal sebulan baru selesai.
“Beliau mengedit buku saya yang berjudul Membangun Kepribadian. Satu pekan selalu berhubungan lewat WA dan posisi beliau sedang sakit,” katanya sambil menangis.
Namun, sambungnya, beliau selalu menjawab dengan kalimat dengan mengedit kesehatan jadi sedikit membaik. “Saya bilang, kalau sakit berhenti dulu,” kenangnya.
“Gapapa Prof, saya sudah membaik. Alhamdulillah,” tirunya.
Cerita Uang Rp 40 Juta
Prof Thohir menceritakan saat menjabat sebagai Ketua PWM Jatim dan Nadjib Hamid sebagai Sekretaris ketika dipanggil Karsali, orang kepercayaan Pakde Karwo—Dr Soekarwo, Gubernur Jawa Timur periode jabatan tahun 2009-2014.
“Saat itu, kami berdua ditempatkan di ruang berbeda dan diberi uang masing-masing Rp 20 juta. Saya dan Pak Nadjib menolak, tetapi Pak Karsali tetap memaksa,” ungkapnya.
Akhirnya, lanjutnya, kami terpaksa menerima uang tersebut. Sesampainya kami di kantor PWM Jatim, uang Rp 40 juta tersebut diberikan bendahara PWM Jatim yang saat itu dijabat Pak Syaifuddin Zain.
“Keesokkan harinya, saya saya menjelaskan kepada Pak Karsali melalui telepon uang yang kami terima itu kami berikan untuk PWM Jawa Timur,” katanya.
Pak Karsali, sambungnya, tampaknya kurang berkenan berita itu. Dua hari kemudian Pakde Karwo menelepon dan mengatakan uang tersebut sebenarnya untuk Ketua dan Sektretaris secara pribadi, tidak untuk Muhammadiyah.
“Saya bilang pada Pak Gubernur bahwa di Muhammadiyah kita tidak punya tradisi seperti itu. Selanjutnya beliau menyudahi telepon dengan perkataan mohon maaf,” kisahnya. (*)
Penulis Syahroni Nur Wachid. Editor Ichwan Arif.