Sekolah Muhammadiyah Harus Berbeda dengan yang Lain, laporan kontributor PWMU.CO Jember Wulidatul Aminah, Guru SD Muhammadiyah 1 Jember.
PWMU.CO – Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Jember Dr Tanzil Huda mengatakan, standar pendidikan sekolah dan madrasah Muhammadiyah sebagai kekuatan untuk menjawab tantangan ke depan.
Dia memaparkan materi tersebut kepada kepala sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Jember di SD Muhammadiyah 1 Jember, Rabu (23/2/2022).
Tanzil Huda menyampaikan, Majelis Dikdasmen PDM Jember memiliki keinginan terlaksananya pelatihan untuk guru-guru atau pemagangan guru-guru sekolah Muhammadiyah yang satu kepada sekolah Muhammadiyah yang lain.
“Meskipun keinginan itu tidak mudah untuk terlaksanakan, kami beserta seluruh jajaran anggota yang ada di Majelis terus mengupayakan untuk itu,” ujarnya.
9 Standar Pendidikan Sekolah Muhammadiyah
Tanzil Huda menjelaskan, ada delapan standar pendidikan yang harus dipenuhi (standar isi, proses, penilaian, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan., pembiayaan, serta sarana dan prasarana). Dan untuk sekolah Muhammadiyah ditambah lagi satu standar pendidikan yakni Ismubaris (al-Islam, kemuhammadiyahan, bahasa Arab dan Inggris).
“Ini yang kemudian menjadikan sekolah-sekolah Muhammadiyah berbeda dengan sekolah lain. Dan ini juga merupakan modal kita untuk menghadapi masa depan,” ujarnya.
Dia menyampaikan, untuk mengoptimalkan hal tersebut dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang ada di sekolah-sekolah diupayakan ada agenda perekrutan guru yang memiliki kemampuan berbahasa Arab dan berbahasa Inggris yang baik.
Untuk guru pengajar juga diupayakan untuk memiliki perkumpulan guru pengajar bahasa Arab dan bahasa Inggris yang bertujuan untuk membentuk modul ajar yang bisa digunakan untuk media pembelajaran tambahan.
“Dan diharapkan lulusan sekolah nanti bisa mencetak siswa yang pintar berbahasa Arab dan berbahasa Inggris karena itu merupakan pembeda kita dengan sekolah-sekolah yang lain,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya, sebagai pembeda dengan sekolah-sekolah lain kita juga bisa memunculkan kemampuan peserta didik kita di ranah akademik maupun pada ranah non-akademik. Seperti mengayam, robotic, dan lain sebagainya. “Jika ingin memunculkan keunikan-keunikan lain maka sangat diperbolehkan memunculkan standar-srandar baru untuk meningkatkan hasil lulusan kita nantinya,” terang dia.
Tanzil Huda mengatakan, meski letaknya di pinggiran atau bahkan di pelosok desa, sekolah-sekolah Muhammadiyah juga dapat bersaing dalam memunculkan standar-standar baru. Contohnya menciptakan lingkungan yang asri atau bahkan di sekolahnya ada kelinci atau hewan-hewan lain yang membuat peserta didik betah memilih jenjang pendidikan selanjutnya di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Contohnya di SD Muhammadiyah 1 Jember mungkin ke depannya rekrutmen guru minimal S2 kemudian di-post pada sosial media yang dimiliki. Maka itu yang kemudian bisa membuat kita dipandang oleh masyarakat dalam pengoptimalan SDM yang dimiliki.
Core Business Sekolah/Madrasah Muhammadiyah
Tanzil Huda menyampaikan ‘core business’ sekolah dan madrasah Muhammadiyah adalah kurikulum. “Kurikulum adalah barang yang terbesar di sekolah kita. Kurikulum yang dibutuhkan peserta didik saat ini dan masa yang akan datang,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, kurikulum yang digunakan harus memperhatikan kebutuhan peserta didik dan isu-isu pembelajaran atau pendidikan terkini.
Dia menegaskan, selain menyiapkan kurikulum yang memadai, sekolah juga harus mengajak orangtua untuk bekerja sama mencapai tujuan dari kurikulum ini. Salah satu caranya, orangtua diikutsertakan parenting atau kegiatan yang lain yang mendukung.
Adapun, lanjutnya, kegiatan-kegiatan pendukung juga dapat diselenggarakan oleh sekolah untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan kurikulum di sekolah. “Kegiatan-kegiatan pendukung tersebut bisa dioptimalkan melalui kegiatan intra maupun ekstra yang ada di sekolah. Seperti kegiatan Hisbul Wathan (HW) yang ada di sekolah bisa dioptimalkan untuk mendisiplinkan anak-anak di sekolah maupun di rumah,” ujarnya.
Di akhir pesannya, Tanzil Huda mengatakan, meski letak sekolah-sekolah Muhammadiyah ada di pelosok desa atau di pinggiran, tapi tetap berhak berinovasi dan memunculkan inovasi-inovasi untuk mengembangkan sekolah-sekolah berbeda dengan sekolah yang lain. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni