PWMU.CO – Pimpinan Pusat (PP) Nasyiatul Aiyiyah menggelar Refleksi Milad Ke-95 secara daring di Zoom maupun Youtube, Sabtu (15/7/2023) pagi.
Dalam pertemuan daring itu hadir Ketua PP Nasyiatul Aisyiyah 2022-2026 Ariati Dina Puspitasari MPd, Ketua PP Aisyiyah Dra Latifah Iskandar, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi.
Atas nama PP Muhammadiyah, Prof Haedar menyampaikan selamat milad ke-95 Nasyiatul Aisyiyah. “Usia yang cukup panjang untuk perjalanan sebuah pergerakan putri Aisyiyah Muhammadiyah dalam lintasan dinamika kehidupan persyarikatan, umat, dan bangsa,” ujarnya.
Karena itulah Prof Haedar berpesan agar seluruh anggota Nasyiah di seluruh Tanah Air menjadikan milad ini sebagai momentum untuk, melakukan refleksi atas perjalanan 95 tahun Nayiatul Aisyiyah.
“Bahwa Nasyiah sebagai pergerakan putri Islam, pergerakan putri Aisyah, dan Muhammadiyah, tentu hadir untuk menjadi penggerak dakwah yang telah berkiprah dan melahirkan banyak tokoh yang berkiprah baik di Aisyiyah maupun dalam kehidupan kebangsaan,” ungkapnya.
Prof Haedar mengenang, Ibu Fatmawati, para tokoh Aisyiyah, maupun pimpinan dan Ketua Umum Aisyiyah basisnya adalah Nasyiatul Aisyiyah. Maka dalam milad ini, menurutnya, refleksi diperlukan untuk melakukan proses tasyakur bin nikmah atas perjalanan panjangnya.
Rekonstruksi Gerakan
Selain itu, Prof Haedar juga mengimbau agar Nasyiatul Aisyiyah melakukan rekonstruksi gerakan. “Saat ini Nasyiatul Aisyiyah berada dalam ekosistem dan lingkungan yang berubah di tengah kehidupan modern abad ke-21 yang mengglobal,” ujarnya.
Tentunya, kata Prof Haedar, dengan globalisasi yang melintas batas dan dinamika perubahan sosial masyarakat Indonesia diakibatkan oleh berbagai faktor dari luar maupun dinamika dari dalam. Serta pada perkembangan yang sama, dengan berbagai persaingan pergerakan organisasi-organisasi kaum muda putra maupun putri, serta pergerakan kehidupan kebangsaan dan dinamika global yang luar biasa kompleks.
“Maka organisasi putri Aisyiyah Muhammadiyah, yakni Nasyiah, pertama-tama perlu melakukan akselerasi gerakannya sebagai gerakan keputrian dan kemasyarakatan. Bagaimana peran dakwah bisa hadir di tengah masyarakat, khususnya kaum putri muda belia, yang bisa membawa pada apa yang menjadi tema ‘Mencerahkan Kehidupan Bangsa’,” imbau Prof Haedar.
Dia yakin, di tengah dinamika komunitas kaum milenial dan kaum muda putri di negeri tercinta maupun dalam konteks global, Nasyiatul Aisyiyah perlu melakukan formulasi baru di dalam gerakan dakwahnya. Yakni dakwah yang formulanya bil hikmah wal mauidhatul hasanah wa jahdil billati hiya ahsan.
“Tetapi pada saat yang sama mampu beradaptasi dengan realitas sosiologis masyarakat yang menjadi sasaran dakwah Nasyiatul Aisyiyah,” imbuhnya.
Dalam konteks inilah, menurut Prof Haedar penting bila dijadikan proses rekonstruksi pemikiran dakwah Nasyiatul Aisyiyah.
Baca sambungan di halaman 2: Kader Inklusif