PWMU.CO — “Jalan Baru Moderasi Beragama: Mensyukuri 66 Tahun Haedar Nashir” dibedah pada Tadarus Ramadhan kedua yang diadakan Maarif Institute dalam Ramadhan 1445 ini.
Tadarus ini berlangsung di Kantor Maarif Institute, Jalan Tebet Barat Dalam II No. 6 Jakarta Selatan pada Kamis (21/3/2024) sore. Perbincangan kali ini dipandu moderator Direktur Program Maarif Institute Mohammad Shofan.
Buku setebal 528 halaman itu diterbitkan Kompas bekerjasama dengan Lembaga Kajian dan Kemitraan Strategis (LKKS) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Buku ini merangkum 27 tulisan para cendekiawan, agamawan, aktivis-pemimpin umat yang secara garis besar berisi tentang buah pikiran, ide dan gagasan sepanjang hidup Prof Dr Haedar Nashir MSi.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abdul Rohim Ghazali menyampaikan, buku ini secara umum berisi tentang gagasan dan ide Haedar Nashir serta perannya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah. “Haedar berkontribusi besar bagi eksistensi perjalanan persyarikatan di tengah arus gelombang ideologi Islam kanan pasca reformasi,” ujarnya.
“Haedar adalah sosok yang konsisten dan tidak pernah absen menyuarakan moderasi beragama saat marak upaya deradikalisasi kaum ekstremis disuarakan oleh negara. Hingga hari ini, Muhammadiyah terus berpegang teguh bahwa deradikalisasi adalah bentuk ekstrem baru, hingga akhirnya moderasi menjadi pilihan dan program pemerintah melalui Kementerian Agama,” terangnya.
Bedah Pemikiran Haedar
Kemudian, Editor Buku Fajar Riza Ul Haq menyampaikan, buku yang hadir di tangan pembaca ini merupakan kumpulan tulisan dari beberapa rekan, pemikir keislaman dan keindonesiaan. Menurutnya, buku itu berusaha membedah pemikiran Haedar Nashir tentang moderasi.
“Bukan hanya dalam urusan beragama tetapi juga yang lain. Termasuk kebangsaan, kenegaraan dan lainnya,” imbuh Ketua LKKS PP Muhammadiyah itu.
Fajar lantas menegaskan, “Peluncuran buku ini tidak semata-mata merayakan 66 tahun Pak Haedar. Tapi bagaimana kita mencoba merawat pemikiran moderat untuk bangsa ini.”
Sementara salah satu Kontributor Buku Prof Dr Najib Burhani MA yang hadir sebagai narasumber menjelaskan, peran Prof Haedar bukan hanya sebatas seorang akademisi. “Prof Haedar sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah mengambil tanggung jawab besar sebagai ‘penjaga gawang’ ideologi Muhammadiyah sangat penting dalam melakukan konsolidasi internal dan meneguhkan kembali komitmen ideologi organisasi di kalangan warga Muhammadiyah,” ujarnya.
“Haedar, sebagaimana Buya Syafii Maarif, mengkritik agenda-agenda penerapan Perda Syariah yang mendapat dukungan kuat dari kelompok Islam revivalis. Haedar menyebut kelompok tersebut sebagai gerakan Islam syariat,” ungkap Najib di hadapan 50 peserta dari mahasiswa, aktivis, dosen, dan masyarakat.
Akhirnya Shofan berharap, “Tadarus ini harapannya bisa menjadi energi baru dalam upaya sosialisasi gagasan dan cita-cita sosial Haedar Nashir dan juga Buya Syafii.”
Gagasan ini, sambungnya, baik di ranah keislaman, keummatan, dan kebangsaan. Adapun nilai-nilai yang diusung meliputi keterbukaan, kesetaraan dan kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa.
Buka bersama menutup Tadarus Ramadhan sore itu.(*)
Coeditor Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni