Oleh: Imam Robandi – Ketua Dewan Profesor ITS
PWMU.CO – Judul tulisan ini saya ambil dari satu kalimat dari Lagu Gaudeamus Igitur, yang berarti hiduplah para dosen, dan profesores adalah para dosen atau guru. Dalam beberapa bulan ini jabatan (akademik) guru besar (profesor) sedang ramai diperbincangkan.
Seseorang ada yang tiba-tiba menjadi profesor, sehingga tetangga dan kolega kanan-kiri terkaget semua, fotonya dipasang medsos, dan banjir ucapan selamat, bukan hanya itu saja, sertifikat dan SK ikut disebar kemana-mana.
Ada yang beramai-ramai mengusulkan jabatan profesor melalui berbagai macam jalur, dan juga tidak sedikit jabatan profesor yang sudah diperolehnya dibatalkan karena sebab ini-itu, dan tidak sedikit pula yang pengusulan jabatan profesornya ditolak. Ini adalah sangat menarik, karena di negeri ini juga tidak sedikit orang yang sehari-hari tidak bekerja sebagai dosen (guru), tetapi tiba-tiba ingin menjadi seorang profesor, dan mungkin ada pertanyaan, apa sebetulnya yang sedang mereka cari.
Memang, ‘gelar’ profesor adalah masih dipandang selalu menarik, yang banyak orang berebut mengusulkan untuk mencapai ke sana dengan berbagai jalur.
Dalam sistem pendidikan negara-negara barat, istilah “Profesor” adalah mengacu pada anggota fakultas di perguruan tinggi atau universitas yang bertanggung jawab untuk mengajar, mendidik, melakukan penelitian, membimbing mahasiswa, dan memberi kontribusi pada bidang ilmunya.
Seorang profesor harus memiliki gelar akademik Doktor (Dr.), Ph. D, Dr. Eng., atau yang lain sesuai dengan bidang ilmunya atau tempat mereka memperoleh gelar doktor tersebut. Profesor di Indonesia disebut Guru Besar, artinya bahwa profesor adalah seorang guru (dosen), bukan yang lain.