PWMU.CO-Pemerintah diminta memperhatikan kantong-kantong kelompok minoritas di suatu daerah secara proporsional dan adil. Jika diabaikan rawan menimbulkan bencana sosial yang bisa memecah belah rakyat.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Dr HM Saad Ibrahim, ketika dihubungi Selasa (24/10/2017). Pernyataannya itu menanggapi situasi hubungan kelompok mayoritas-minoritas yang kadang memicu konflik.
Saad Ibrahim menjelaskan ketika Munas di Yogyakarta, Majelis Tarjih pernah membahas masalah itu dalam kajian fiqih kebencanaan. ”Waktu kajian fiqih itu kita sampaikan selain bencana alam, ada bencana sosial. Yaitu daerah di situ ada kantong minoritas maka rawan terjadi bencana sosial. Minoritas itu bisa muslim, non muslim, etnis, atau aliran,” katanya. ”Jadi Muhammadiyah sudah memikirkan masalah ini.”
Menurut pandangan Muhammadiyah, ujar Ustadz Saad, demikian panggilan akrabnya, kelompok minoritas itu pasti pada posisi lemah dari berbagai sisi karena jumlahnya sedikit. Walaupun minoritas ini kuat bidang ekonomi, misalnya, bidang politik dan keamanan dirinya bisa lemah. ”Karena itulah pemerintah perlu melindungi baik mereka itu muslim atau non muslim maupun karena etnis,” ujar dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Kota Malang ini.
Kesadaran hukum, sambung dia, perlu ditanamkan kepada semua warga. Artinya, jika konflik terjadi maka selesaikan secara hukum bukan membalas serangan. Misalnya, ada tempat ibadah dibakar sebaiknya umat yang diserang menahan diri tidak membalas dengan serangan pula. Sebab serangan balasan makin menimbulkan konflik sosial lebih dahsyat.
”Muhammadiyah beberapa kali menjadi objek serangan baik masjid atau pengajiannya. Kita serukan jangan membalas. Tahan diri. Selesaikan lewat jalur hukum. Meskipun di hati ada beban rasanya gak enak kalau tidak membalas tapi kita harus berpikir risiko yang lebih besar,” kata dia.
Menurut Ustadz Saad, janganlah energi dihabiskan untuk berselisih pendapat dan konflik. Balas dendam hanya memperburuk eskalasi konflik. Tidak perlu diladeni. ”Bila kita terpancing untuk melawan maka muncul bentrok fisik maka habis bangsa ini,” tandasnya.
Dicontohkan lagi, konflik pendeta Budha dan etnis Rohingya di Myanmar. Menurut Ustadz Saad, tidak tepat kalau kemudian umat muslim Indonesia membalas menyerang orang Budha di sini. Sebab pelakunya bukan warga Budha di sini. ”Orang Budha di sini juga diminta menyerukan pendeta Budha di Myanmar agar jangan sewenang-wenang sebab perlakuan itu mengancam keselamatan umat Budha di sini yang minoritas,” tuturnya. (aan, sgp)