PWMU.CO – Pagi itu Sabrina Salsabila, sebut saja begitu, memasuki gerbang sekolah dengan wajah bersungut-sungut. Matanya berkaca-kaca. Bahkan masih tersisa air mata di pipinya.
Ia mengaku baru saja mendapat masalah keluarga di rumah. Rupanya, masalah itu dalem sampai harus ia bawa ke sekolah.
Kisah Sabrina di atas bukan cuplikan sebuah cerpen. Tapi kenyataan yang kerab dialami para siswa.
Merespon problem seperti itu, SMA Muhammadiyah 1 Gresik membuat program yang diharapkan bisa menciptakan ruang psikologi siswa yang kondusif untuk belajar. Masalah-masalah yang dibawa siswa dari rumah harus bisa diselesaikan, minimal dinetralisasi melalui program itu.
Selain shalat Dhuha dan doa bersama di pagi hari, program bernama Sambung Rasa menjadi andalan untuk menuntaskan masalah itu.
Dalam Sambung Rasa pada 35 menit di jam pertama pelajaran, wali kelas mengajak para siswa bercanda dan sarapan pagi. Di situlah siswa bisa mencurahkan isi hatinya alias curhat. Keluhan-keluhan itu ditampung dan kemudian dicari solusinya. Minimal siswa diberi motivasi untuk menyelesaikannya.
Usai Sambung Rasa dilanjutkan dengan murajaah dan hapalan Alquran Juz 30. Setoran hapalan ini didampingi oleh seorang guru yang membantu wali kelas.
Kepada PWMU.CO, Senin (5/2/18) pagi, Kepala SMAM 1 Gresik Ainul Muttaqin Sp menjelaskan jika program ini disusun untuk merespon banyaknya problem sosial pada siswa. “Problem-problem itu biasanya berdampak pada proses belajar mengajar di sekolah,” ujarnya.
Sementara Dian Prasetyowati SPd, Wali Kelas XII IBBU, mengatakan program ini disukai para siswa. “Anak-anak menikmati program ini. Mereka bisa sarapan pagi bersama, menghapal Alquran bahkan curhat dengan wali kelas dan teman sebangku,” ucapnya.
Rileks di pagi hari, tambahnya, untuk mengondisikan psikologi anak yang akan menerima pelajaran.
Ia menambahkan, program Sambung Rasa ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas belajar mengajar di sekolah sekaligus membentuk karakter generasi yang mencintai Alquran.
Semoga! (Dewi)