Sempat down karena kritik pedas redaktur PWMU.CO, kontributor dari Surabaya Siti Jumaliah ini bersemangat lagi menulis. Cita-citanya menerbitkan buku.
PWMU.CO – Pepatah ‘tua-tua keladi, makin tua makin menjadi’ sepertinya cocok untuk usiaku yang ke-48 di tahun 2020. Tapi alhamdulillah ini untuk hal yang positif.
Di usia menjelang setengah abad itu aku menemukan hal baru, yang membuat masa tuaku semakin bergairah. Aku ‘keranjingan’ menulis berita.
Semua itu berawal dari percakapanku dengan Riska Oktaviana. Saat itu, Januari 2018, dia adalah salah satu guru muda di sekolah tempatku bekerja (sekarang di SD Muhammadiyah 16 Surabaya). Dia behasil membuka peluang tersalurkannya hobiku: menulis.
Saat itu Mbak Riska mengambil foto di status Whatshapp-ku untuk dijadikan sebuah berita. Foto itu tentang siswaku yang mengadakan percobaan Balon Mengembang tanpa Ditiup.
Dengan menerapkan kata tanya 5W 1H, Mbak Riska menggali informasi dariku. Dan jadilah suatu berita yang dimuat di PWMU.CO tertanggal 27 Januari 2018.
Dengan berbekal pengalaman Mbak Riska, aku memberanikan diri untuk membuat sebuah artikel tentang perilaku siswa SMP dan kukirim ke redaktur PWMU.CO.
Ternyata redaktur belum berkenan menerbitkan tulisanku. Alasannya beritaku tidak aktual dan isinya dangkal. Penolakan itu tidak membuatku patah semangat. Selain mengkritik, redaktur juga memberikan saran untuk membuat berita tentang kegiatan sekolah.
Ahad (25/2/2018), aku mendapat tugas dari sekolah. Mengantar siswaku mengikuti lomba pidato yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya di Kebun Binatang Surabaya.
Tulisan Pertamaku yang Dimuat
Setelah registrasi dan mengantar siswaku ke lokasi lomba, aku mulai dengan aksiku keliling mencari informasi dan memotret kegiatan yang kuanggap menarik untuk dijadikan berita.
Singkat cerita, akhirnya aku kirim naskah berita yang kali kedua ke redaktur PWMU.CO. Sang redaktur kembali memberikan kritikan dan saran, “Meliput acara seperti ini fokus beritakan suasana lombanya. Jangan komentar pejabat. Bagi saya itu tidak penting. Wong cuma acara ngene-ae.”
“Ceritakan bagaimana suasana lomba membatik, menganyam, dan lomba lainnya. Tingkah anak-anak, omongannya, yang lucu ceritakan lucunya. jangan hanya ditulis lucu tapi tak ada cerita yok opo lucune,” tulis redaktur melalui WhatshApp.
Masukan dari redaktur menjadi suatu pembelajaran yang berharga bagiku. Atas saran beliau, aku memisahkan berita menjadi dua angle yang berbeda. Yang pertama tentang lomba membatik dan menganyam karena lokasi jadi satu. Yang kedua lomba pidato.
Alhamdulillah kedua tulisanku dimuat PWMU.CO walau masih banyak revisi. Rasa bahagia dan bangga menumbuhkan semangatku untuk terus berkarya, meski tak ada fee, baik dari PWMU.CO maupun dari sekolah.
Tapi hal itu tidak membuatku surut berkarya. Sejak saat itu, setiap ada moment di sekolah yang menurutku menarik untuk dipublikasikan. Aku akan berusaha untuk membuat berita dan kukirim ke PWMU.CO.
Dan alhamdulillah, semua berita yang kukirim selalu dimuat, walau masih ada revisi.
Suatu saat aku dimasukkan dalam grup WhatsApp Kontributor PWMU.CO. Sungguh suatu yang tak pernah kuduga sebelumnya. Dari grup inilah aku banyak belajar memperbaiki tulisan-tulisanku.
Di antaranya adalah cara pengambilan foto kegiatan (bukan narsis) dengan posisi landscape. Selain itu adalah cara memperbaiki tulisan agar tidak terlalu banyak revisi, yaitu dengan membandingkan tulisan asli dari penulis dengan berita yang sudah dimuat.
Sempat Down karena Kritik Pedas Redaktur
Saat ada kegiatan Khataman dan Doa Bersama yang diadakan oleh Pemerintah Kota Surabaya yang dihadiri Walikota Tri Rismaharini, kelasku mendapat mandat mewakili sekolah untuk hadir di acara tersebut.
Keinginan menulis muncul. Tapi aku kesulitan mengambil gambar Bu Risma sekaligus siswa-siswaku, karena lokasi yang berjauhan. Akhirnya aku hanya bisa memposting foto siswa-siswaku yang sedang mengaji. Alhamdulillah beritaku dimuat di PWMU.CO.
Suatu saat, ketika aku menyampaikan rasa terima kasihku di grup, karena tulisanku dimuat, redaktur memberikan komentar, “Jangan hanya senang karena berita dimuat, tapi tidak mau belajar dari pengalaman.”
Permasalahannya, saat itu tulisanku tidak memuat lokasi sekolah. Rasa malu dan kecewa membuatku down. Beberapa momen menarik kubiarkan berlalu tanpa ada keinginan menulis.
Bersamaan dengan itu, aku mendapat tugas yang berkaitan dengan kegiatan menulis. Pertama tugas dari sekolah mengikuti Workshop Menulis Cerita Anak yang diadakan oleh Prodi Bahasa Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Banyak ilmu yang kudapat, di antaranya adalah cara menulis kalimat pembuka yang diharapkan pembaca tertarik untuk lebih mengetahui cerita di dalamnya.
Yang kedua tugas dari Pimpinan Ranting Aisyiyah Mulyorejo untuk mengikuti Workshop Menulis di Media Internet yang diadakan oleh Lembaga Kebudayaan Pimpinan Daerah Aisyiyah Surabaya.
Dari kegiatan ini, semangatku untuk menulis muncul lagi. Selain di PWMU.CO, aku juga menulis di Citizen Reporter pada Harian Surya. Ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri saat mengetahui tulisanku dimuat.
Terima kasih Mbak Riska dan Redaksi PWMU.CO atas bimbingan dan bantuannya. Insyaallah aku akan tetap berkarya. Membuat artikel dan buku merupakan keinginanku yang belum terwujud. (*)
Penulis Siti Jumaliah, Guru SD Muhammadiyah 8 Sutorejo, Surabaya. Editor Mohammad Nurfatoni