PWMU.CO– Belajar leadership lewat games di PCM Lakarsantri berlangsung dalam gelaran Baitul Arqam bertempat di MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya, Sabtu (8/1/2022).
Acara ini diikuti oleh 50 peserta dari anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), majelis, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM), Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA), takmir Masjid al-Qohhar dan Bahrul Ulum, guru MI Muhammadiyah 28 serta TK ABA 59.
Instruktur games (permainan) ditangani oleh Siti Asfiyah dan Karmin. Permainan pertama adalah perkenalan peserta. Aturannya, menyebut nama peserta di sebelahnya baru memperkenalkan diri. Semakin banyak orang yang memperkenalkan diri, maka kewajiban peserta berikut menyebutkan semua itu.
Peserta pertama yang ditunjuk tugasnya paling ringan hanya memperkenalkan dirinya. ”Nama saya Jos Supardi,” kata Ketua PRM Bangkingan yang perkenalan dimulai darinya sambil meletakkan tangan ke dada kiri.
Peserta sebelah kirinya dapat giliran. ”Terima kasih Pak Jos, nama saya Bambang,” ujar Ketua Takmir Masjid al-Qohhar itu.
Orang di sebelah kiri bersambung memperkenalkan diri. ”Terima kasih Pak Jos, Pak Bambang, nama saya Nanang,” ujar Ketua Majelis Organisasi ini.
Awalnya lancar karena sudah saling kenal. Saat hitungan lewat sepuluh orang, nama yang disebut makin banyak dan belum seberapa kenal mulai muncul masalah mengingat nama-nama yang sudah mengenalkan diri. Terutama ketika giliran guru-guru MIM 28 dan TK ABA 59.
Kepala TK Siti Rofikoh punya cara untuk mengingat-ingat nama 15 peserta yang harus disebutkan. Dia tuding satu per satu orangnya sambil menyebut nama. ”Hei aturannya tidak boleh menuding ya,” tegur instruktur Siti Asfiyah diirngi tawa peserta lainnya.
Memasuki jumlah peserta 20 orang mulai berat mengingat nama-nama. Peserta terakhir bebannya paling berat karena harus menyebut nama semua peserta sebelum mengenalkan dirinya. ”Terima kasih peserta semuanya, nama saya Matakuf,” begitu cara Ketua PRM Lidah Wetan ini mengatasi masalahnya.
Seisi ruangan langsung pecah dengan tawa gemuruh. ”Harus disebut semuanya, Pak,” ujar Siti Asfiyah yang juga Bendahara Majelis Dikdasmen PCM Lakarsantri.
”Wah, ya susah gak hafal,” tukas Pak Matakuf.
Instruktur lantas membantu dengan meminta peserta yang belum dikenal menyebutkan namanya lagi supaya bisa disebut Pak Matakuf. ”Legooooo…,” ucap dia setelah berhasil menyebut semua nama peserta.
Siti Asfiyah menerangkan cara perkenalan seperti ini melatih konsentrasi dan fokus memperhatikan orang-orang di sekelilingnya. ”Pemimpin harus mengenali semua anak buahnya. Bukan sekadar nama juga bakat dan ketrampilannya,” terangnya.
Kereta Berjaya
Belajar leadership kedua lewat game Kereta Berjaya. Peserta dibagi empat kelompok. Masing-masing anggota kelompok membentuk barisan seumpama rangkaian kereta api.
Peserta yang menjadi rangkaian kereta harus ditutup matanya. Hanya masinis matanya boleh melihat. Tapi posisi dia berada di barisan belakang.
Masinis dari belakang mengomando dengan kode yang disepakati kelompok. Misal menepuk pundak kanan artinya belok kanan, tepuk pundak kiri maknanya belok kiri, tepuk pundak tengah artinya jalan lurus. Pegang kedua lengan maksudnya berhenti.
Para masinis kelompok diberi tugas menjalankan kereta hingga ke stasiun tujuan yang ditentukan berupa tiang bendera berwarna. Komando masinis disampaikan berantai mulai peserta di depannya diteruskan ke peserta lain hingga paling ujung.
Game dimulai. Peluit dibunyikan. Kereta berjalan dengan perintah masinis. Ternyata jalannya kereta tak selancar perkiraan. Peserta terdepan yang memimpin perjalanan lambat menangkap respon masinis yang disampaikan berantai. Akibatnya beloknya terlambat mengambil jalur kereta lain hingga terjadi tabarakan. ”Hei berhenti tabrakan…,” teriak seorang masinis spontan mengingatkan.
”Hei tak boleh komando suara harus dengan kode,” tukas instruktur mengingatkan. Tawapun berderai melihat suasana itu.
Masinis kerepotan karena jalannya kereta meliak-liuk bahkan berputar malah menjauh dari stasiun yang dituju. Itu terjadi karena masinis kurang memperhitungkan kecepatan komando berantai yang diberikan dengan perintah belok yang diterima peserta terdepan.
Akibatnya ada kereta yang menabrak meja, membentur tembok. Bahkan tiga kereta bertemu pada satu tempat sehingga macet. Dengan susah payah akhirnya kereta bisa menuju stasiun setelah babak belur.
”Permainan ini belajar leadership tentang komando yang seringkali tak jalan sesuai harapan. Anak buah bisa keliru menafsirkan perintah pemimpin,” kata Siti Asfiyah menerangkan. ”Karena itu pemimpin harus memberikan komando yang jelas, tepat waktu, dan memperhitungkan medan di lapangan.”
Penulis Titik Asfiyah Editor Sugeng Purwanto