Bagaimana solusinya?
Sebelum menulis sebuah judul—yang menjadi rujukan utama mesin pencairan—saya lakukan survei di Google. Apakah kata tersebut sudah populer atau tidak. Misalnya apakah akikah (sesuai KBBI) atau aqiqah?
Ternyata Google lebih banyak memberi pilihan aqiqah. Maka dalam judul itu, saya gunakan aqiqah meski tidak sesuai KBBI. Tapi sebagai ‘penebus dosa’, dalam isi artikel saya beri keterangan, ‘menurut KBBI penulisan yang benar akikah’.
Itulah salah satu solusi yang bisa mengakomodasi dua kepentingan sekaligus. Pertama, kebenaran bahasa masih bisa saya ikuti meski dengan mengorbankan judul yang tak taat bahasa baku.
Kedua, dengan itu artikel atau berita saya tetap punya potensi besar menjaring para pencari informasi di Google. Tetapi tentu saja, saya dan (co)editor PWMU.CO lainnya, tak hanya mengandalkan judul dalam memperkuat SEO.
Selain ikhtiar memviralkan, kami juga memakai indikator-indikatro SEO agar tulisan di PWMU.CO mudah dicari di Google dan kawan-kawan.
Maka cobalah ketik di Google frasa kata hukum prewedding, hukum celana cingkrang, cara menulis soft news, capaian pembelajaran kurikulum merdeka, dan beberapa lainnya, insyaallah PWMU.CO memberi jawaban di halaman satu Google. (*)