PWMU.CO – Perlu ada pemagangan politik untuk para kader muda Muhammadiyah agar kemampuan berpolitiknya terasah. Demikian yang disampaikan Pradana Boy ZTF PhD pada PWMU.CO di sela-sela ujian terbuka DR Joko Susilo di Universitas Padjadjaran Jatinangor Bandung, (14/8)
Pradana Boy ZTF, asisten staf khusus Presiden RI bidang keagamaan itu mengatakan bahwa perkembangan konstelasi politik saat ini, pertarungannya sangat tajam. Sehingga kemampuan dan ketrampilan berpolitik para kader muda harus diasah karena kebanyakan masih terjadi deterministik.
“Artinya kebanyakan orang-orang kita hanya bisa mencemooh. Ada orang di dalam, dicemooh. Di luar pun dicemooh karena dianggap hanya sebagai penonton,” ujar Boy. “Jadi, lucu,” sambung Boy sambil tersenyum. “Untuk itu perlu adanya pemagangan, biar kemampuan berpolitik para kader terasah.”
Dia juga menjelaskan posisi presiden itu pengambil kebijakan secara global. Dari situ masih banyak dibutuhkan para pelaku yang bisa mengambil peran untuk pelaksanaan program-program pemerintahan yang begitu banyak dan sangat kompleks. “Pertarungan pada posisi ini sangat tajam. Nah kalau kita tidak punya orang-orang yang sevisi ada di dalam, lantas siapa yang akan melaksanakan program-program kita?” tanya Boy.
Mantan aktivis IMM itu mengingatkan kembali ketika PAN dideklarasikan pendiriannya pertama kali, saat itu menjadi harapan besar warga Muhammadiyah. “Kita lihat sosok Pak Amin Rais, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, AM Fatwa , Prof DR Emil Salim, pak Mahfud MD juga. Itu kan orang-orang luar biasa. Jadi sangat wajar bila semua menaruh harapan besar.”
“Tapi nyatanya saat itu PAN hanya dapat 7 persen. Saya ingat betul ucapan pak Muhadjir saat itu, beliau bilang Muhammadiyah itu mesin sosialnya yang hidup tapi mesin politiknya mati” jelas Boy mengutip ucapan Prof Muhadjir Effendy.
Maka dari itu, menurutnya, mesin politik Muhammadiyah jelang pemilu 2019 wajib dihidupkan. “Muhammadiyah harus bisa berpolitik di berbagai partai, harus ada pembagian tugas dan peran. Perlu tahu juga terkait hal-hal yang terjadi di dalam kekuasaan,” jelasnya.
“Lha bagaimana kita bisa melaksanakan program sesuai hingga suara rakyat kalau kita tidak punya orang di dalam,” lanjut Boy setengah bertanya. “Sehingga ketika ada pergantian pemimpin ya …..hanya orangnya saja yang ganti tapi semua program dengan visi kita akan tetap berjalan,” tegas Boy.
Dia juga mengatakan, seiring dengan dimulainya jihad politik yang langsung dimotori Pimpinan Pusat, menurutnya hal tersebut sangat baik sebagai pemagangan kader-kader muda kita. “Saya lihat sudah banyak kader Muhammadiyah yang sudah berani ikut ambil bagian dalam pemilu 2019 nanti. Itu sangat bagus karena pengalaman langsung itu seperti mengalahkan segudang teori di bangku kuliah selama beberapa semester” ujar Boy.
“Dan saya sangat berharap kita ini sudah tidak grubyak-grubyuk lagi. Tapi bisa menyebar ke manapun dan di manapun. Termasuk bisa masuk di partai manapun demi melangsungkan cita-cita pendiri Muhammadiyah Kiai Dahlan, amar makruf nahi munkar,” pungkas Boy. (uzlifah)