PWMU.CO – Kereta api melintas ketika Ketua PP Muhammadiyah Dr Saad Ibrahim ceramah tabligh akbar PDA Sidoarjo di lapangan SD Muhammadiyah 1 Krian (SD Sakri), Ahad (18/2/2024) pagi.
Maka kereta api itu langsung menjadi pembuka ceramah Pak Saad, sapaan akrabnya.
”Ibarat kereta api begitulah dengan posisi keberadaan kita saat ini yaitu memanjang. Seharusnya kita dalam keadaaan melebar sebab dengan melebar maka yang duduk di depan semakin banyak, karena duduk kursi depan menandakan orang-orang yang mempunyai harapan yang lebih baik,” tutur Pak Saad dengan senyum.
Begitu juga seorang pemimpin, sambung dia, ibarat kereta api tidak datang tiba-tiba. Ada perjalanan panjang yang disebut proses untuk mencapainya.
Pak Saad mengatakan, Aisyiyah telah lama berkhidmat melayani umat. Dalam konteks peran kebangsaan jauh sebelum Indonesia diproklamasikan.
Dalam konsep kebangsaan, al-Quran menggunakan kata ummat, juga syu’ub jamak dari asy-sya’bu yang artinya bangsa. Ada di surat al-Hujurat ayat 13:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ
Wahai manusai, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Seseungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui Maha teliti.
Dalam tafsir ath-Thobari, sambungnya, disebutkan manusa diciptakan dari spermatozoa dan ovum, dalam bahasa saintifik, yang dalam bahasa al-Quran disebut مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ .
Dalam proses selanjutnya manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ padahal dahulunya berasal dari Adam dan Hawa.
”Ini salah satu takdir dan karunia Allah swt. Suku-suku yang jumlahnya banyak hendaknya menghimpun diri untuk menjadi sebuah bangsa demi kebaikan bersama, maka lahirlah bangsa Indonesia yang terdiri dari suku-suku,” kata Pak Saad, sapaan akrabnya.
Satu lagi anugerah Allah swt, kata Pak Saad, deklarasi Sumpah Pemuda yang menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sehingg memudahkan komunikasi dengan seluruh suku-suku di seluruh Indonesia.
Asbabun Nuzul
Lantas mengutip Tafsir al-Qurtubi menyebutkan, ada beberapa asbabun nuzul ayat itu, antara lain saat fathul Mekkah. Ketika Mekkah jatuh ke tangan muslimin, Nabi memerintahkan Bilal memanjat Kakbah untuk mengumandangkan adzan.
Lalu ada seorang Mekkah berkata merendahkan Bilal,”Untung bapakku sudah meninggal, andaikata masih hidup, tentu ia akan melihat orang hitam legam.”
Lantas turunlah ayat itu. Selanjutnya Nabi menegaskan tentang isi ayat ini bahwa yang mulia di sisi Allah mereka yang paling bertakwa إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ.
Adapun kata لِتَعَارَفُوٓاْۚ artinya agar kalian saling mengenal. Artinya masing-masing pihak terdapat kebaikan. Maka sebagai bangsa ataupun suku pastilah memiliki kebaikan ataupun keburukan-keburukan.
”Taaruf antar suku ataupun antarbangsa harus menggunakan prinsip ini. Karena kami punya kebaikan dan keburukan, maka kami kurangi dengan mengambil kebaikan-kebaikan dari orang lain. Keburukan direduksi dengan mengambil kebaikan-kebaikan di dalamnya,” ujar Pak Saad.
Menurut dia, kebaikan-kebaikan yang besar diakumulasikan maka tercipta adat istiadat, karakter, sikap, sopan santun dan tata krama.
Pergantian Kekuasaan
”Pergantian kekuasaan membawa salah satu keretakan dengan munculnya ungkapan-ungkapan yang jauh dari sopan santun dan kebiasaan baik bangsa ini,” tuturnya.
Dosen UIN Malang ini menyampaikan, jangan menyimpulkan seseorang dengan simpulan saat ini, masih ada proses. Siapapun yang menjadi penguasa, maka kita perlu mendoakan agar menjadi semakin baik.
Dikatakan, seorang pemimpin hanya dituntut untuk terbuka, mengakui jika berbuat salah dan didukung jika ia benar.
Banyak orang menyimpulkan kekuasaan itu adalah sebuah kebaikan, padahal sejatinya kekuasaan itu bukan tanda kebaikan, dan tidak berkuasa bukanlah tanda keburukan.
Surat Ali Imran ayat 26 menjelaskan,
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ
Katakanlah (Muhammad), Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki. Di tanganMu lah segala kebaikan. Sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Pak Saad menerangkan, sebab nuzul ayat ini suatu hari Nabi memohon kepada Allah supaya Persia dan Romawi jatuh ke tangan umat muslim. Maka Nabi diajarkan Allah dengan ayat tersebut bahwa
Pertama, kekuasaan adalah milik Allah dan terserah akan diberikan kepada siapa
Kedua, Allah mencabut kekuasaan dari siapapun yang dikehendaki.
Ketiga, Allah memuliakan siapa saja yang dikehendaki
Keempat, Allah menghinakan siapa saja yang dikehendaki
”Jika kekuasaan diberikan kepada kita, sesungguhnya ia adalah dipinjamkan (almilku musytaq). Kekuasaan mutlak adalah milik Allah (almilku al-haqiqiy) inilah dimensi akidah dalam ayat ini,” tandasnya.
Jika ingin dimuliakan Allah dengan jabatan yang dimiliki maka tunaikan amanah dengan baik, berlakulah adil dan berpihaklah pada kebenaran.
Paling penting di antara semua adalah jagalah agama karena sejatinya kepemimpinan adalah menjaga agama ((اَلْإِمَامَةُ هِيَ حِرَاسَةُ الدِّيْنِ.
”Sebuah bangsa akan rusak jika kehilangan agama. Itulah mengapa dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat kalimat ’atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa’ demikian juga yang ada di Pancasila sila pertama.
Peran Muhammadiyah Aisyiyah
Mantan Ketua PWM Jatim periode 2015-2022 ini mengungkapkan, Muhammadiyah dan Aisyiyah memiliki peran penting dalam menjaga agama dengan menggali kebaikan-kebaikan untuk kebaikan bangsa.
Pengajian merupakan salah satu cara menggali kebaikan karena di dalamnya ada rahmah dan sakinah. Satu hal yang menjadi ciri khas bagi Muhammadiyah-Aisyiyah sebagaimana dilakukan KH Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah adalah mengaji kemudian berbuat, mengamalkan apa yang telah diajarkan dalam kajian-kajian.
Pak Saad sebelum ceramah meminta mimbar diturunkan dari panggung dan mendekat kepada kursi hadirin supaya lebih dekat, sehingga ilmu yang disampaikan diterima dengan baik karena dalam posisi dekat.
Tema tabligh akbar Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo ini Peran Kebangsaan Aisyiyah Pasca Pemilu.
Sesi pra acara diisi dengan tampilan Tapak Suci TK ABA Sukodono jurus matahari satu oleh Aira, Arya, dan Gaisan.
Tilawah tartil TK ABA Sukodono membaca surat an-Naba oleh Lingga, Arsyaka, Razqa, Bunga, Assyfa, Arsyifa, Thalita, Dhifa. Kayra, Najwa dan Azzahra.
Menyanyi TK ABA Sukodono lagu Rahmatan lil Alamin oleh Ananda Audrey Elmira Putri. Juga baca puisi judul Sang Surya oleh Arina Mafaza Kamila dari TK ABA.
Drumband TK ABA Krian lagu Kring-kring Ada Sepeda dan Gundul-gundul Pacul oleh 38 anak.
Dalam sambutannya Ketua PDA Sidoarjo Siti Zubaidah menyampaikan, tabligh akbar digelar empat bulan sekali. Sekarang yang mengadakan PCA wilayah Wonoayu, Krian, dan Sukodono.
Dia berharap agar Aisyiyah ibaratnya sebagai gadis yang banyak diinginkan oleh masyarakat sehingga lebih berperan aktif dalam kehidupan.
Acara ini dihadiri 1.500 orang yang terdiri dari PDA Sidoarjo, 18 PCA, PCM, PRM, PRA Krian, ibu-ibu Aisyiyah, serta simpatisan.